6 Ciri-Ciri Anak Cerdas Secara Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan yang menyangkut moral kemudian mampu memberikan pemahaman yang menyatu untuk membedakan sesuatu yang benar dengan yang salah.

Namun di masyarakat, cerdas spiritual lebih sering diartikan dengan rajin beribadah, rajin sembahyang, dan hal-hal yang berhubungan dengan agama.

Padahal, kecerdasan spiritual itu adalah kemampuan seseorang untuk memberi makna dalam kehidupan.


Berbudi pekerti baik pada dasarnya sudah melekat pada manusia sejak ia masih ecil. Hanya lingkunganlah yang membuatnya menjadi jahat seperti yang tidak kita inginkan.

Misalnya saja adalah ketika di sekolah, temannya kelupaan membawa pensil. Maka dengan sigap dia akan meminjamkan pensilnya kepada temannya tersebut tanpa banyak pertimbangan.

Perilaku seperti ini biasanya tidak datang secara tiba-tiba, tapi sudah menjadi karakter si anak. Jadi, proses pembentukannya sudah dilakukan sejak kecil, bahkan sejak maih dalam kandungan.





6 Ciri-Ciri Anak Cerdas Secara Spiritual


1. Senang berbuat baik dan suka menolong.

Orang yang baik akan disayang Tuhan. Nah, salah satu kebiasaan yang terlihat dari anak yang cerdas secara spiritual adalah senang berbuat baik dan suka menolong.

Cara terbaik untuk menumbuhkan sifat yang seperti ini adalah dengan cara "modelling" yang artinya memberikan contoh atau teladan yang diberikan oleh orang tuanya.

Orang tua yang sering memberikan contoh perilaku suka menolong dan berbuat baik, akan direkam oleh anak sehingga anak pun akan ikut melakukan perilaku tersebut.

2. Telah menemukan jalan hidupnya.

Menemukan jalan hidup berarti mampu memahami jati dirinya sebagai manusia. Ada pepatah yang mengatakan bahwa "Barangsiapa yang kenal Tuhannya, pasti dia akan kenal dirinya".

Kata-kata tersebut bermakna ketika seseorang telah mengenal siapa Tuhannya sehingga ia akan memahami jati dirinya. Lebih jauh lagi, dia akan memahami tujuan hidupnya di dunia ini sebagai apa.

Nah, anak-anak yang mampu memahami konsep ini, berarti si anak sudah cerdas secara spiritual. Dalam tahap perkembangan manusia, menemukan jati diri ini harus dimulai sejak masih anak-anak.

3. Memiliki selera humor yang baik.

Setiap anak yang memiliki selera humor yang baik, selain cerdas secara bahasa, ternyata juga memiliki kecerdasan spiritual yang baik.

Hal ini terkait dengan kemampuannya untuk berpikir positif dan menghindari hal-hal yang negatif. Rasa humor yang muncul bisa muncul ketika seorang anak berpikir secara positif.

Dia akan lebih banyak tertawa dibandingkan dengan bersedih hati. Hal ini menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki kecerdasan spiritual yang baik.

4. Percaya pada Tuhan dan nilai-nilai keagamaan.

Tugas orang tua adalah mengarahkan anaknya sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan percaya pada Tuhan. Entah beragama Islam, Nasrani, Hindu, Budha atau agama lainnya.

Setiap orang tua berkewajiban untuk mengarahkan anaknya pada satu agama. Jangan sampai anak tidak percaya pada Tuhan atau biasa disebut dengan Atheis.

Nah, anak yang sudah percaya kepada nilai-nilai keagamaan dan percaya kepada Tuhan, berarti anak tersebut memiliki kecerdasan spiritual yang baik.

5. Memahami bahwa bekerja adalah amal dan ibadah kepada Tuhan.

Anak yang dapat memahami bahwa setiap pekerjaannya yang telah dilakukannya termasuk amal ibadah kepada Tuhan, dialah anak yang cerdas secara spiritual.

Akan tetapi tentu saja untuk menanamkan pemahaman anak akan hal tersebut tidaklah mudah. Karena anak masih dalam tahap berpikir konkret yang artinya harus disertai wujud nyata.

6. Bersikap disiplin, berdedikasi, memiliki integritas dan loyalitas, etos kerja, motivasi bekerjs dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Anak yang memiliki kecerdasan spiritual yang baik, akan memiliki karakter yang baik pula. Karena ia sudah mampu membedakan mana hal yang baik dan buruk.

Dia sudah mampu memilah mana yang baik untuk dicontoh dan mana yang tidak. Dengan demikian, ketika ia melakukan aktivitas pun, sikapnya lebih dewasa dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Ia akan melakukan hal-hal baik dan menghindari hal-hal yang tidak baik.

Hal itu tercermin dari sikapnya ketika bekerja atau melakukan aktivitas yaitu dengan disiplin, dedikasi yang tinggi, integritas dan loyalitas, etos kerja dan motivasi bekerja yang baik.

Kalau ada anak Anda yang memiliki ciri-ciri di atas, itu artinya bahwa anak Anda memiliki kecerdasan spiritual yang baik. Sebagai orang tua, dukung terus ciri-ciri anak cerdas spiritual ini.

Related Posts:

Mengenal 3 Tahap Penggolongan Remaja

Kata remaja berasal dari kata adolescence dari bahasa adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa atau tumbuh untuk mencapai kematangan.

Remaja bisa diartikan sebagai masa peralihan atau transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 hingga 21 tahun dan ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial.

Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan diawali dengan matangnya organ-organ fisik, organ-organ reproduksi sehingga mampu berproduksi.

Dan pada setiap remaja juga ada masa perkembangan sikap tergantung dari orangtua ke arah kemandirian, minat-minat, prenungan diri dan sebagainya.

Pada umumnya usia anak remaja adalah ketika mereka berada pada bangku sekolah menengah. Entah sekolah menengah pertama ataupun sekolah menengah atas.






3 Tahap Penggolongan Remaja


Penggolongan remaja menurut Thornburg, ada tiga tahapan yaitu:

1. Remaja awal (usia 13-14 tahun).

Masa remaja awal, pada umumnya individu telah memasuki pendidikan di bangku Sekolah Menengah Pertama (SLTP).

2. Remaja tengah (usia 15-17 tahun).

Pada masa remaja tengah, individu sudah duduk di bangku sekolah menengah atas (SMU).

3. Remaja akhir (usia 18-21 tahun).

Pada umumnya, mereka yang tergolong remaja akhir, sudah memasuki perguruan tinggi atau lulus SMU dan mungkin sudah bekerja.

Secara umum, remaja sebenarnya tidak terlalu banyak mengalami konflik dan masalah, namun mereka sedang mencari identitas siapa dirinya sebenarnya.

Meski mayoritas remaja telah berhasil menuju masa dewasa, namun prosentase remaja yang tidak berhasil atau gagal menjalaninya juga cukup banyak.

Related Posts:

4 Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja itu sendiri tak selalu murni disebabkan oleh perilaku dari dalam diri remaja. Akan tetapi juga bisa disebabkan karena pengaruh dari luar diri remaja dan merupakan efek samping dari hal-hal yang tidak dapat ditanggulangi oleh remaja.

Bahkan orang tua maupun keluarga tidak mampu mengatasinya. Akibatnya, remaja menjadi korban dari keadaan keluarga. Adanya percekcokan dari orangtua sangat mempengaruhi kenakalan remaja.

Jadi, kenakalan remaja di sini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Suasana masyarakat yang kurang baik sangat berpengaruh pada perkembangan anak.

Apalagi menjelang anak menginjak remaja, dimana remaja pasti banyak bergaul dengan masyarakat sekitar. Maka jika lingkungsn sekitarnya buruk, kemungkinan besar anak akan terpengaruh.



4 Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja


1. Kondisi keluarga berantakan atau broken home.

Keluarga yang berantakan merupakan cerminan adanya ketidakhsrmonisan antara orangtua dan anak dalam lembaga rumah tangga. Hubungan suami istri yang tidak sejalan ditandai dengan pertengkaran dan konflik terus menerus.

2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Namanya anak, juga perlu kebutuhan psikologis untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. Kasih sayang dari orangtuanyalah yang selalu dirindukan oleh anak.

3. Status sosial ekonomi orangtua rendah.

Kehidupan ekonomi sosial merupakan salah satu penunjang untuk membentuk keluarga yang bahagia. Dengan ekonomi yang mapan, semua kebutuhan keluarga bisa terpenuhi dengan baik.

4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat.

Jangan sampai penerapan disiplin hanyalah semu dan sementara saja kepatuhannya.

Related Posts:

4 Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak

Anak yang cerdas interpersonal selalu berinisiatif membantu teman-temannya. Dia akan menghsmpiri dan membantu salah satu temannya yang terjatuh misalnya.

Hal tersebut bisa jadi merupakan sikap peduli dan suka menolong terhadap orang lain. Selain merasa bangga, kita pun harus berusaha untuk memberikan teladan dan contoh yang baik agar si anak terus menjaga kebiasaannya yang terpuji dan mulia tersebut.

Namun sikap terpuji tersebut patut diwaspadai karena ada sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan anak itu. Misalnya saja kerika anak yang cerdas interpersonal disuruh mengerjakan tugas oleh temannya.




Tentu hal tersebut akan sangat merugikan bagi kedua belah pihak.

Langkah apa saja yang sebaiknya diambil agar buah hati kita bisa cepat mengembangkan kecerdasan interpersonal anak.

4 Strategi Mengembangkan Kecerdasan Interpersonal Anak


1. Mengasah kepekaan empati anak.

Tugas kita di sini adalah mengasah kepekaan anak terhadap hal-hal yang terjadi pada orang-orang di sekitarnya. Misalnya saja ketika menjenguk orang yang sakit, maka bisa bertanya bagaimana perasaannya jika mengalami sakit seperti itu.

2. Senantiasa memotivasi anak untuk bekerjasama.

Sebaiknya kita memberikan dukungan kepada anak agar mereka tidak segan-segan untuk bekerjasama dengan teman-temannya. Entah itu tugas kelompok sekolah maupun di luar sekolah.

3. Mendorong anak untuk berbagi rasa dengan temannya.

Ketika salah seorang temannya sedang bersedih, kita bisa meminta buah hati kita untuk menemani dan menghibur temannya tersebut agar tidak bersedih.
Lazada Indonesia

4. Melatih anak untuk saling menjaga komunikasi.

Siapa saja yang mampu menjaganya, maka dia telah menunjukkan kecerdasan interpersonal yang tinggi.

Dengan kata lain, kita sebaiknya mendorong anak agar mempunyai keberanian dan kemauan dalam menjaga komunikasi dan membina hubungan baik dengan orang lain.

Related Posts:

3 Dimensi Utama dari Kecerdasan Interpersonal

Orang awam menyebut kecerdasan interpersonal ini sama saja dengan kecerdasan sosial. Arahnya memang ke arah sosial, anak menjadi mudah bergaul dengan siapa saja.

Anak-anak yang memiliki kecerdasan interpersonal yang tinggi, dia mampu menjalin persahabatan dengan baik terhadap kawan-kawannya, selalu bisa akrab dengan teman di lingkungan sosialnya.

Bukan hanya itu saja, anak yang cerdas interpersonal juga mampu memimpin teman-temannya, mampu mengatasi perselisihan di antara teman serta dapat mengkoordinasi teman-temannya.
Si anak mudah bergaul dan tidak canggung ketika harus berinteraksi dengan lingkungannya, entah itu di rumah, di kampung maupun di sekolah tempat ia menuntut ilmu.

Karena mudah bergaul, ia akan mudah mendapat teman dan teman-temannya pun akan sangat baik kepadanya. Anak yang berjenis cerdas interpersonal, maka ia akan mampu dengan mudah memahami dan menyadari adanya reaksi yang diberikan oleh orang lain.




Menurut Ronald A, ada tiga dimensi utama dari kecerdasan interpersonal ini, yaitu sebagai berikut:

1. Social sensitivity (sensitivitas sosial).

Dimensi jenis ini merupakan kemampuan untuk mampu merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau peubahan yang ditunjukkan oleh orang lain secara verbal maupun non verbal.

2. Social insight.

Dimensi ini artinya adalah kemampuan seseorang untuk memahami dan mencari pemecahan masalah yang efektif dalam suatu interaksi sosial. Sehingga permasalahn yang terjadi tidak akan menghambat hubungan sosial yang dibangun.

3. Social communication (komunikasi sosial).

Dimensi ini artinya bahwa mereka memiliki kemampuan dalam menguasai ketrampilan berkomunikasi sosial yang baik dan sehat dengan orang lain.

Lazada Indonesia

Related Posts:

Arti Kecerdasan Interpersonal Anak

Hubungan interpersonal dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berlangsung antara dua orang atau lebih dengan adanya proses interaksi yang timbul antara satu orang dengan orang lainnya. Dengan demikian, kecerdasan interpersonal adalah merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang dalam mengamati dan mengerti maksud, sikap dan perasaaan orang lain.


Kecerdasan interpersonal ini berhubungan dengan kemampuan untuk bisa memahami dan mengahadapi sikap dan perasaan orang lain. Biasanya hal ini ditunjukkan dengan kemampuannya yang sangat peka terhadap ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh yang dilakukan oleh orang lain.

Anak-anak dengan kecerdasan interpersonal yang baik, akan cenderung bisa memahami dan berinteraksi dengan orang lain sehingga mereka akan mudah bersosialisasi di lingkunga sekitarnya.





Kecerdasan yang satu ini disebut juga dengan kecerdasan sosial. Karena anak-ank dengan kecerdasan interpersonal yang baik akan mampu menjalin persahabatan yang akrab dengan teman-temannya di lingkungan sosialnya.

Selain itu, ia juga akan mampu menyelesaikan perselisihan antar teman, kemudian dapat mengordinasi teman-temannya dan lain sebagainya. Beberapa kecerdasan yang dimiliki oleh anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi dapat terlihat oleh orang lain di dekatnya.

Misalnya saja anak yang mudah sekali bergaul padahal baru pertama kali kenal namun cepat akrab sekali bahkan cenderung disukai oleh teman-temannya.

Lazada Indonesia

Related Posts:

5 Contoh Jawaban Cerdas Ketika Anak Dibanding-bandingkan

Siapapun orangnya, pasti akan sangat bahagia ketika tumbuh kembang serta kemampuan anaknya sesuai dengan usianya. Meskipun soal tepat waktu atau tidaknya anak dalam mencapai kemampuannya berbeda-beda untuk tiap anak.

Ketika ada pertemuan keluarga, misalnya reuni keluarga, kerap terjadi orang tua selalu menonjol-nonjolkan anaknya masing-masing entah karena pamer atau apa. Namun hal ini sering terjadi di masyarakat.

Terkadang, secara sadar atau tidak sadar, hal ini membuat orangtua justru membanding-bandingkan kemampuan yang telah dimiliki oleh anak-anaknya.

Tentu saja hal seperti ini bisa membuat orang tua menjadi kesal apabila mendengar buah hatinya dibanding-bandingkan. Lantas bagaimana menanggapi komentar-komentar usil tersebut agar aman dan tak ada yang tersakiti?





Berikut lima contoh komentar sekalian jawabannya untuk menanggapinya.

1. Komentar : "Kok Rudi sudah 2 tahun bicaranya tidak jelas, Reno saja baru 18 bulan tapi sudah jelas bicaranya, Bu..."

Jawaban : "Perkembangan anak kan beda-beda Bu... Mujdah-mudahan saja Rudi bisa cepat bicara ya Bu...(sambil tersenyum).

2. Komentar : "Sara makannya banyak, pintar deh dia. Kok Sira makannya sedikit sekali ya Bu..."

Jawaban : "Iya Bu...Sira memang makannya sedikit dan itu sudah cukup untuk dia."

3. Komentar : "Anakku si Fadhil usianya baru 18 bulan tapi sudah mahir berhitung angka sampai 10. Kok Fadhol belum bisa ya Bu..."

Jawaban : "Wah....pintar sekali Fadhil ya. Mudah-mudahan Fadhol bisa ketularan Fadhil ya Bu..."

4. Komentar : "Rania sudah bisa pipis di toilet, tapi Raisa kok belum ya Bu.."

Jawaban : "Wah hebat sekali ya Rania. Mudah-mudahan Raisa bisa cepat pintar kayak Rania ya Bu..."

5. Komentar : "Kok Ricky sudah 2 tahun tapi kok belum bisa pintar makan sendiri. Rizky saja sudah bisa loh...."

Jawaban : "O iya.." Wah pintar sekali ya Bu...Semoga saja Ricky cepat mandiri kaya Rizky ya Bu..."

Lazada Indonesia

Jika orangtua tak bisa menghindari orang-orang yang suka membanding-bandingkan, jangan sekali-kali panik atau terpancing emosi oleh mereka.

Bersikaplah dengan senyuman saja agar tak ada yang merasa tersakiti nantinya.

Related Posts:

4 Tips Memilihkan Teman untuk Si Kecil

Orangtua sebaiknya mendukung anak agar berteman dengan teman sebayanya dengan memberikan kesempatan pada anak unuk bermain dengan teman yang disukainya.

Karena kelebihan dari bersosialisasi, anak dapat belajar secara "trial and error" serta menerapkan apa yang telah dipelajari dari orangtua.

Hal lain yang dapatilakukan orangtua adalah dengan mengajarkan keterampilan sosial pada anak di rumah secara bertahap seperti cara membuka percakapan, taking turns atau bergantian giliran, bagaimana mengekspreikan tanda setuju maupun tidak setuju, sedih, senang, marah dan sebagainya.

Selain mempersiapkan dan mendukung anak di rumah, berikut ini ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam memilihkan teman untuk si kecil.






Tips Memilihkan Teman untuk Si Kecil


1. Observasi teman-teman si kecil.

Misalnya saja dengan melakukan paydate.

2. Perhatikan tingkat disiplin dan jenis pola asuh calon teman si kecil.

Orangtua bisa memperhatikan, dan kalau perilaku calon teman cenderung positif, maka bisa dikategorikan calon teman si kecil yang baik.

3. Perhatikan nilai-nilai apa yang cenderung ditanamkan dalam lingkungan teman sebayanya.

4. Kalau bisa, carikan role model yang baik.

Role model adalah sosok kakak yang dapat bermain bersama dengan si kecil dan menunjukkan perilaku yang positif karena anak akan cenderung menurut dan mengikuti role model tersebut tanpa perlu dinasehati.


Dengan menerapkan persiapan dan dukungan pada anak, maka secara tidak langsung, orangtua sudah ikut berpartisipasi dalam memilihkan teman untuk si kecil.

Ya, tentunya tanpa terlihat secara mencolok dan mendominasi anak dengan memilihkan temannya. Dengan kata lain, orangtua memiliki andil yang besar dalam memilih teman anak. Namun, caranya dalam bentuk non-direktif.

Dengan demikian, anak akan berkembang ketrampilan sosialnya sehingga ia mampu memilih teman dengan baik. Dan anak pun menjadi semakin percaya diri.

Namun sebaliknya, jika orangtua terlalu ikut campur memilihkan teman, maka ketrampilan sosial anak tidak berkembang secara optimal dan ia pun nantinya kurang percaya diri dalam lingkungan sosial.

Related Posts:

Hebatnya Pengaruh Teman Buat Anak

Buat anak-anak, memiliki teman sebaya mampu memberikan dampak yang positif, meski terkadang ada juga dampak negatif yang didapatkan, efeknya terlihat.

Dari permasalahn tersebut, perlukah orangtua ikut campur tangan dalam memilih teman untuk anaknya?

Pada dasarnya mempunyai teman bisa memberikan pengaruh baik. Diantaranya adalah dapat memberikan support dan meningkatkan mental seseorang. Pada anak-anak, berteman sangat penting karena untuk perkembangan emosi dan sosial si kecil.


Anak yang bersosialilasi dengan baik, maka akan cenderung percaya diri dan menunjukkan pencapaian akademik yang lebih baik daripada anak yang kurang bersosialisasi.

Melalui pertemanan, anak juga dapat belajar bagaimana cara berhubungan secara sosial sehingga ketrampilan sosialnya bisa terstimulasi dengan baik.





Hebatnya Pengaruh Teman Buat Anak


Dengan berteman, anak juga dapat belajar beragam perilaku, sikap, karakter, nilai, peran gender serta kemampuan menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Misalnya saja adalah jika seorang anak terlihat makan buah dan sayur, maka ia akan berkeinginan juga untuk mencoba makan buah atau sayur yang tengah dimakan temannya tadi.

Begitu juga ketika melihat temannya sedang marah atau ngambek, maka ia bisa mengikuti karakter tersebut agar keinginannya bisa dipenuhi oleh orang tuanya.


Saling Mempengatuhi


Pada masa-masa usia anak pra sekolah, di luar dugaan pengaruh teman sungguh sangat besar pengaruhnya dan bersifat "reciprocal", dimana setiap anak saling mempengaruhi satu sama lain.

Jika si teman memiliki tipa anak yang baik, maka akan berdampak positif. Sedangkan kalau temannya yang kurang baik, maka juga akan berdampak negatif untuk si kecil.

Hal tersebut terjadi karena si anak mulai belajar secara observasi pada situasi sosial.

Jika anak melihat temannya yang berperilaku tidak mau kooperatif, destruktif, maka si kecil akan cenderung mengikutinya dan hal tersebut sesuatu yang biasa terjadi dan wajar.

Dan begitu juga sebaliknya. Hanya dengan melihat temannya saja si kecil sudah bisa terpengaruh. Untuk itulah peran orangtua dibutuhkan di sini.

Related Posts:

3 Perilaku Bayi Jika Ingin Sesuatu

Masa bayi adalah periode perkembangan anak yang pada umumnya setelah dua tahun pertama pasca kelahirannya.

Pada masa ini sering disebut dengan teori kognitif piaget. Yang artinya adalah masa bayi untuk belajar mengenal lingkungannya melalui aktivitas sensorik dan motorik.

Sehingga menjadi hal wajar kalau pada masa-masa tersebut bayi melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya.


Sebaiknya orangtua hendaknya dapat memberikan keluluasaan bagi anaknya untuk mengeksplorasi lingkungannya sesering mungkin. Karena pada saat itu merupakan saat yang tepat bagi orangtua melakukan "proses pembelajaran" agar referensi pengetahuan bayi semakin bertambah.

Kita dapat mengenali tanda-tanda bayi menginginkan sesuatu dengan cara mengamati perilakunya. Perilaku yang bisa ditunjukkan ank atau bayi untuk menyatakan sebuah keinginan bisa dilihat di bawah ini.

Berikut ini tanda-tanda bayi mulai menginginkan sesuatu dilihat dari tingkah lakunya.

Lazada Indonesia

3 Perilaku Bayi Jika Ingin Sesuatu


1. Bahasa isyarat.

Si anak bisa menangis, mimik wajah berubah seperti cemberut, memerah, tersenyum, dan sebagainya.

2. Gerakan.

Seperti meronta, menggapaikan tangannya ke arah benda yang akan diraih, menunjuk dan sebagainya.

3. Bahasa verbal.

Menggunakan kata-kata.



Related Posts:

3 Cara Bujuk Anak yang Pegang Benda Berbahaya

Sama seperti halnya orang dewasa, anak-anak dan bayi pun juga memiliki keinginan. Misalnya saja ingin mengambil sesuatu yang menarik perhatian, mengambil makanan dan sebagainya.

Anak-anak dan bayi berupaya mengeksplorasi dan memenuhi rasa ingin tahu mereka untuk mendapatkan sesuatu. Namun seringkali bayi dan anak-anak menginginkan sesuatu yang seharusnya tidak dimilikinya.

Karena bisa jadi yang kelihatannya sangat menarik dan berkilauan, namun sangat membahayakan jiwa si anak. Contohnya saja adalah pisau dapur yang terkena cahaya hingga membuatnya berkilauan.


Jika bayi ingin melakukan kegiatan tertentu, maka berilah kesempatan untuk melakukannya sendiri, selama hal tersebut tidak berbahaya bagi keselamatan bayi.

Contonya, bayi ingin belajar sendiri makan dengan sendok, maka berilah kesempatan padanya untuk mencoba melakukannya.

Perlu diingat, jika bayi memegang benda-benda yang berpotensi untuk mencederai atau berpengaruh buruk pada bayi, orang tua hendaknya segera menjauhkannya.

Caranya adalah sebagai berikut, agar anak tidak ngambek atau menangis.





3 Cara Bujuk Anak yang Pegang Benda Berbahaya


1. Bicara dengan nada baik.

Sebisa mungkin bicaralah dengan nada yang baik, jangan berteriak yang mengagetkan bayi. Hal tersebut sangat berbahaya karena bisa saja yang dipegang bayi malah jatuh dan mengenainya.

2. Tidak langsung merebut.

Jangan langsung merebut benda yang dipegang bayi dengan kasar. Sebisa mungkin berbicaralah perlahan-lahan dan membujuknya secara halus.

3. Ambil secara lembut.

Seandainya saja benda tersebut sangat berbahaya, jangan memaksa mengambilnya dengan paksa. Pastikan kalau Anda mengambilnya secara perlahan dan secara halus.

Lazada Indonesia

Kalau bayi menangis karena kaget karena barang yang ada ditangannya diambil dengan paksa, tenangkanlah bayi dengan lemah lembut. Setelah bayi tenang, mintalah maaf padanya dan jelaskan secara sederhana alasannya.

Setelah itu, ajaklah bayi untuk melakukan aktivitas dan permainan lain yang bisa menyenangkan.

Related Posts:

6 Penyebab Anak Suka Mengarang Cerita

Semua sudah mengetahui, namun kebanyak orang tua tak menyadarinya bahwa sebenarnya salah satu nilai penting yang harus ditanamkan pada anak sejak usia dini adalah mengenai hal salah atau benar untuk dikerjakan.

Hal ini akan dapat membantu melatih anak-anak dalam hal aspek emosional yang dimilikinya. Kejujuran menjadi sesuatu yang palinmg sering diutamakan orangtua kepada anak-anaknya.

Di sisi lain, ada nilai yang juga ingin ditanamkan yaitu agar mereka berkembang menjadi anak yang kreatif dan imajinatif.

Kalau tidak ditanamkan kejujuran sejak dini, bisa-bisa anak menjadi pembuat berita bohong atau mengarang cerita agar bisa aman dan tidak dimarahi oleh orantuanya.


Tentu hal tersebut sangat tidak diinginkan oleh orangtua. Berbohong hanya akan menambah masalah sekarang dan di kemudian hari saja. Cepat tanggap dan membenarkan sikap sangatlah diperlukan sebagai orang tua.

Penyebab


Nah, sekarang apa yang menyebabkan anak mengarang cerita? Perlu diketahui bahwa anak yang suka mengarang cerita sejak kecil, belum tentu nanti besarnya juga menjadi pembohong.

Berikut penyebab anak suka mengarang cerita.





1. Untuk menutupi sesuatu agar terhindar dari masalah, hukuman atau konsekuensi tertentu.

2. Untuk melihat reaksi atau respon orang tua jika anak tidak jujur.

3. Untuk mengembangkan cerita agar lebih menarik.

4. Agar anak terlihat lebih keren.

Hal ini terkait dengan keinginannya untuk membentuk konsep diri dengan menciptakan cerita yang sesuai dengan keinginannya sendiri maupun sesuai harapan orangtua.

5. Untuk mencari perhatian.

Terutama karena mereka selalu mendapatkan perhatian lebih ketika berbohong atau mengarang cerita.

6. Agar mendapatkan apa yang diinginkan.

Lazada Indonesia

Misalnya saja jika dijanjikan mendapatkan hadiah tertentu setelah mengerjakan tugas/tanggungjawabnya, maka mereka akan mengaku sudah melakukannya meskipun sebenarnya belum.

Related Posts:

6 Tips Hadapi Kritikan Anak

Anak yang bersikap kritis itu sangatlah bagus. Pada saat anak mengkritik orang tuanya, sebaiknya orangtua berbesar hati menerima kritikan si kecil.

Bagaimanapun juga, orangtua bukanlah manusia yang sempurna yang tak pernah malakukan kesalahan.

Anak perlu mengetahui bahwa orang tuanya juga manusia biasa yang dapat melakukan kesalahan. Orang tua harus berbesar hati dan meminta maaf kepada anak.
Namun, tak semua orang bisa menerima kritikan. Orangtua pun ada juga yang merasa tak nyaman ketika dikritik oleh anaknya sendiri, apalagi oleh orang lain.

Jadilah Role Model


Sudah seharusnya dan sepantasnyalah ketika menyikapi kritikan anak, orangtua hendaklah bisa menjadi "Role Model" dan bereaksi secara sehat.




Cobalah dengarkan anak-anak dengan baik dan akuilah kelalaian kita kepada anak. Meminta maaf adalah hal yang positif karena anak akan melihat bagaimana orangtuanya bersikap sportif.

Ke depan, nantinya anak mengikuti apa yang telah dicontohkan oleh orantuanya. Pada saat menghadapi kritikan anak, yang harus dilakukan orangtua adalah sebagai berikut.



6 Tips Hadapi Kritikan Anak


1. Berbesar hati menerima kritikan.

2. Mendengarkan anak dengan seksama.

3. Selama kritikannya sehat dan positif, orantua bisa menjadikan kritikan tersebut sebagai contoh dan menerima dengan baik.

4. Ketika diserang kritikan, usahakan bereaksi secara sehat dan matang.

5. Cobalah untuk menenangkan diri dengan cara menarik nafas, diam sebentar, agar jangan sampai terucap kata-kata yang kurang baik, bentakan maupun amarah.

6. Hindari bereaksi spontan atau tudak sabar yang tidak tepat karena emosi sesaat.

Related Posts:

5 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak

Sebenarnya kecerdasdan seorang anak sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang termasuk faktor genetik atau keturunan serta faktor eksternal.

Faktor eksternal ini juga disebut dengan faktor lingkungan. Kalau lingkungan sekitarnya membantu untuk menjadikan buah hati untuk menjadi cerdas, maka kemungkinan besar akan terjadilah yang diharapkan.

Kemampuan untuk belajar dari lingkungan, dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas otak anak. Otak manusia berkembang palin cepat pada periode tiga tahun pertama.

Oleh karena periode emas masa perkembangan otak hanya tiga tahun pertama saja, maka sangat disarankan mulai sejak hamil harus makan makanan yang bergizi seimbang, perbanyak sayuran dan buah serta cukup mengonsumsi air putih saja.






Selain itu, usahakan sejak dalam kandungan , mencegah agar tidak terkena infeksi penyakit yang dapat menyerang otak janin dan penyakit lainnya.

Berikut ini ada beberapa faktor luar yang mampu mempengaruhi kecerdasan buah hati Anda.

5 Faktor Eksternal yang Mempengaruhi Kecerdasan Anak


1. Nutrisi.

Zat gizi harus bisa terpenuhi sejak masih dalam kandungan.

2. Pola pengasuhan.

Bisa melibatkan orang-orang di sekitar seperti ayah, inu, kakek, nenek dan anggota rumah lainnya.


3. Polanya.

Diantaranya adalah otoritatif (demokratis), otoriter (diktator), permisif (tanpa aturan).

4. Stimulasi.

Interaksi yang mulai dilakukan sejak dalam kandungan.

5. Penyakit.

Bisa terkena sejak masih dalam kandungan.

Itulah beberapa faktor eksternal yang bisa mempengaruhi kecerdasan otak bayi.

Related Posts:

6 Tips Hindari Anak Demam Panggung

Banyak orangtua maupun psikolog handal yang memberikan pernyataan bahwa anak yang demam panggung adalah hal yang wajar dan biasa terjadi.

Hal tersebut dikarenakan ada rasa cemas pada diri anak, sehingga memberikan pengaruh terhadap perilaku mereka sendiri, yaitu demam panggung.

Demam panggung biasanya terjadi ketika anak dihadapkan dengan situasi yang baru atau bisa juga karena harus tampil di hadapan orang banyak.


Ketika persiapan sudah sempurna, namun tiba-tiba saja si buah hati malah menangis ketika akan tampil di panggung. Ada pula yang ngambek tak mau tampil di pentas.

Bagaimana jika hal tersebut terjadi pada buah hati Anda? Apakah yang harus lakukan? Apakah harus dibatalkan pentas meriah si anak atau bahkan menundanya terlebih dahulu?

Penyebab Rasa Cemas Anak


Sebelum melakukan tindakan, terlebih dahulu perlu diketahui oleh semuanya, apa penyebab rasa cemas pada anak ini yang tiba-tiba saja muncul ketika akan pentas.

Banyak hal yang menyebabkan rasa cemas pada diri anak, antara lain adalah:
  • Takut terhadap situasi yang baru (orang baru, teman baru, tempat baru dan sebagainya).
  • Takut tampil kurang baik atau tidak benar.
  • Takut mendapatkan respon negatif dari lingkungannya.

Permasalahan takut dengan lingkungan di sekitarnya bisa jadi takut akan disalahkan, takut dikritik, takut diolok-olok, atau bahkan takut dimarahi.


Tips Hindari Anak Demam Panggung


1. Selalu ikuti proses latihan anak.

Terutama dengan berkomunikasi dengan guru atau pembinbing. Misalnya saja apakah anak mengalami kesulitan saat latihan. Dan jika jawabnya iya, orangtua perlu membantu anak latihan di rumah.

Namun jangan sekali-kali memaksakan apalagi pada saat anak sedang lelah atau suasana hatinya sedang tidak enak.





2. Perhatikan kesehatan anak.

3. Istirahat yang cukup.

4. Jaga suasana hati anak.

Terutama sebelum anak masuk pentas. Meskipun persiapan sudah maksimal dan baik, namun jiks suasana hatinya sedang sedih, cemas, marah, maka akan mempengaruhi penampilan anak di panggung.

5. Datang di lokasi lebih dini.

Hal ini sangat perlu, supaya anak mempunyai waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan situasi.

6. Berdoa.

Doa adalah salah satu kekuatan yang bisa membawa anak mencapai sukses. Apalagi dengan hadirnya doa dari ibunya sendiri. Jangan lupakan dengan doa ketika akan melakukan perbuatan yang baik.

Related Posts:

8 Contoh Pertanyaan Terbaik untuk Anak Sepulang Sekolah

Teknologi makin canggih, namun tak menyurutkan orang tua untuk tetap mengetahui perkembangan anaknya secara langsung. Maka dari situlah banyak orang tua yang menanyakan apapun ketika anak sedang berada di rumah.

Tapi tahukah bahwa kalau pertanyaan yang diajukan selalu itu-itu saja malah akan membuat kebosanan diatara keduanya. Jangan sampai hal itu terjadi.


Banyak pertanyaan namun tak mampu menggali mengenai perkembangan perilaku, atau kegiatan sosial anak ketika berada di sekolah. Sebisa mungkin menjadi permbicaraan yang menyenangkan.

Sangatlah wajar kalau orangtua bertanya kepada anaknya mengenai aktivitasnya selama di sekolah. Hal tersebujt merupakan bukti bentuk kasih sayang orangtua kepada anaknya.



Namun jangan sampai asal tanya saja, apalagi sampai menjrus pada masalah interogasi pada anaknya. Hanya perlu diingat bahwa setiap pertanyaaan selalu arahkan pada rasa kasih sayang.





Berikut ini contoh-contoh pertanyaaan terbaik untuk anak selepas dia pulang sekolah.

8 Contoh Pertanyaan Terbaik untuk Anak Sepulang Sekolah


1. Bagaimana kabar Adik hari ini? Kalau ibu seh bahagia, tsdi pagi ibu.....(orang tua bisa memulai percakapan).


2. Bu Guru tadi cerita apa saja di kelas? Apakah sudah pernah mendengar ceritanya? Siapa saja tokohnya?

3. Adik tadi membantu apa di sekolah?
Membantu menghapus papan tuliskah? Atau membantu apa?

4. Jajan apa saja tadi di sekolah?

5. Apa yang menyenangkan terjadi hari ini di sekolah?


6. Siapa anak terlucu di kelas? Coba ceritakan pada ibu.

7. Kapan Adik merasa bosan di seoklah?

8. Apakah ada yang mengganggumu hari ini?

Dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang sifatnya benar-benar menampilkan ungkapan kasih sayang antara ibu dan anak-anaknya.

Kegiatan seperti ini sangatlah baik sebagai ajang untuk anak dalam belajar cara-cara berkomunikasi yang baik. Berilah contoh kepada anak untuk menyampaikan isi pikiran dan sopan santun berbicara terhadap yang lebih tua.

Related Posts:

Apa Itu Stimulasi ?

Sekalipun orang dewasa, belum tentu juga mengetahui arti dari kata stimulasi yang biasa dibaca di media-media online layar kaca maupun surat kabar tabloid.

Apalagi yang masuk duduk di bangku sekolah, pastinya bertanya-tanya apakah sebenarnya stimulasi yang dimaksudkan tersebut. Karena pentingnya stimulus ini, tiada salahnya tiap kali ada kata stimulasi selalu cepat tanggap.


Banyak orang tua yang dengan rela hati merogoh kocek hingga jutaan rupiah agar anaknya bisa distimulus dengan baik. Tujuannya agar anak cepat menjadi cerdas dan cekatan.

Apa sebenarnya stimulasi itu?

Stimulus artinya adalah rangsangan atau dorongan. Sedangkan menstimulus memiliki arti merangsang atau mendorong.

Stimulasi merupakan salah satu kebutuhan untuk mencapai tumbuh kembang anak yang optimal bagi seluruh anak. Tujuan utama stimulasi adalah tercapainya perkembangan si kecil seusianya.





Perkembangan itu sendiri meliputi beberapa ranah yaitu dari sisi motorik kasar, motorik halus, kognitif, bahasa dan komunikasi serta kemandirian.

Stimulasi ini sebenarnya dapat dilakukan sejak masih dalam kandungan berkisar usia kehamilan 20 minggu.

Untuk ibu hamil, stimulasi pada janin dapat dilakukan dengan cara mendengarkan musik melalui headphone yang diletakkan pada perut ibunya. Kemudia bisa juga dengan mengelus-elus perut, mendengarkan ayat-ayat suci Al Qur'an ataupun sekedar bercakap-cakap dengan janinya.

Related Posts:

8 Cara Agar Bayi Sehat dan Cerdas

Memiliki buah hati yang sehat dan cerdas merupakan dambaan setiap orangtua. Tak ayal, banyak orang tua yang rela melakukan apaun untuk mewujudkannya.

Misalnya saja yang jelas tampak oleh semua orang adalah dengan menyekolahkan anaknya meskipun buah hatinya masih kecil bahkan bayi sekalipun.

Orangtua juga rela membelikan mainan edukatif, memberikan vitamin atau susu yang mahal, dan masih banyak yang lainnya lagi agar tujuan cerdas dan sehat sejak dini bisa tercapai.

Lazada Indonesia


Itu semua sebenarnya sah-sah saja dilakukan oleh orangtua walaupun sebenarnya tidak harus mahal.

Rangsangan apa saja yang sebenarnya bisa membantu bayi untuk membantu mencerdaskan si kecil? Yang pasti harus sesuai dengan kapasitas dan ukuran buah hati.

Nah, berikut ini ada beberapa cara yang mudah dilakukan untuk mencerdaskan bayi.

1. Menciumi tubuh bayi.

Ciuman bisa diterapkan pada tubuh bayi terutama daerah pipi, dahi, perut dan lengan. Hindari mencium daerah bibir karena dikhawatirkan kalau orang tuanya sedang flu, bisa tertular.

2. Menyandarkan bayi di dada.

Pada saat ibu menyandarkan kepala bayi di dada, maka bayi akan mendengarkan denyut jantung ibunya yang teratur. Hal ini akan membuat sirkuit otak bayi terutama bagian korteks yang menjadi pusat ingatan dan pengendalian emosi akan terbentuk sempurna.


3. Memeluk bayi.

Dengan mendekap bayi, maka akan membuat bayi Anda akan lebih tenang dan rileks. Selain bisa meredakan rasa gelisah, pelukan juga mampu meredakan rasa sakit.

4. Menatap mata bayi

Dengan menatap mata bayi, maka ia akan membalas tatapan orang tuanya, mempelajari dan mengingat wajah orang yang telah menatapnya tersebut.


5. Sering mengajak bayi bicara.

Untuk meangsang perkembangan bicara dan berkomunikasi dapat dilakukan dengan mengajak bayi berbicara. Mengajaknya bercanda, mengajaknya bermain serta bersenda gurau.





6. Tersenyum.

Senyuman bayi untuk merangsang reaksi orang tuanya. Namun pada intinya adalah ia akan berusaha dan mencoba untuk berinteraksi dengan ibunya.

7. Tertawa.

Tertawa merupakan salah satu cara bayi bahwa ia sangat respek dan dan menunjukkan respon terhadap ibunya.

8. Menyentuh tubuh bayi.

Kulit bayi memang sangatlah halus, lembut dan enak disentuh. Sentuhlah bayi Anda dengan lembut meskipun hanya sekedar menyentuh, mengusap, membelai, memijit, menggelitik, menepu punggungnya, memainkan tangannya dan sebagainya.

Sentuhan itu dapat merangsang segala sesuatu. Bisa mengembangkan sistem kekebalan tubuh, mengoptimalkan kondisi emosional serta menguatkan ikatan batin antara ibu dan anak.

Related Posts:

Contoh Kalimat Kekerasan Verbal pada Anak

Berbicara mengenai kekerasan verbal, tidak dapat dipisahkan dengan yang namanya komunikasi non verbal. Pada saat orang tua berbicara maka akan ada komunikasi non verbal yang terjadi seperti senyuman, mata melotot, intonasi dan sebagainya.

Kekerasan verbal pada anak tidak hanya terjadi dari sisi orang tua saja, akan tetapi juga dari lingkungan si anak, misal keluarga, saudara serta dari sekolahnya.


Ketika anak berada di sekolahnya, bisa saja tanpa disadari mendapatkan kekerasan verbal dari guru atau teman-temannya. Misalnya saja guru berkata,
"Kamu kayaknya tidak berbakat bermain alat musik."

Mungkin maksud gurunya adalah memberitahukan bahwa sebenarnya bakat anak bukan di alat musik. Namun, bagi anak yang menerima ucapan "tidak berbakat", akan menjadi lebih berbeda penilaiannya.

Anak Sedang Belajar Berjalan


Muli dari anak merangkak, berdiri dan berjalan satu langkah, jika keluarganya mendukung dengan berkata,
"Ayo Nak, bagus sekali, kamu bisa!" , maka anak akan menjadi termotivasi dengan kata "kamu bisa". Membuat anak merasa percaya diri bahwa dirinya bisa.




Lain halnya kalau orang tua berkata,
"Cepetan dong, masa gitu aja gak bisa!". Perkataan semacam ini bisa membuat anak yang sedang belajar berjalan jadi gemetar dan takut.

Sehingga anak tidak bisa meregulasi dirinya atau mengontrol dirinya untuk melangkah lebih baik lagi.

Anak Menumpahkan Air Minum


Seorang ibu akan menegur anaknya dengan kalimat,
"Adi sayang, kok airnya ditumpahin sih?"

Kata sayang disini memiliki arti yang rancu, karena pada saat ibu memeluk dan mencium anak, seringkali juga menyebut kata "sayang". Ini merupakan teguran yang salah.

Sedangkan teguran yang bisa menimbulkan kekerasan verbal atau kasar adalah,
"Gimana sih, gitu aja ditumpahin, dasar anak nakal!"

Kalimat tersebut ada kata kasar berupa "dasar anak nakl". Ini pun merupakan teguran yang salah.

Yang benar dan sebaiknya dikatakan kepada anak adalah,
"Adik, itu airnya tumpah. Nanti kalau terinjak bisa terpeleset."

Dengan demikian, ibu berarti memberitahu kondisi bahaya yang mungkin bisa terjadi jika air tumpah.

Related Posts:

Stimulasi untuk Merangsang Sensori

Sensori yang dimaksud di sini adalah sensori integrasi. Yaitu sebuah proses otak alamiah yang tidak disadari. Dalam proses ini, informasi dari seluruh indera akan dikelola kemudian diberi arti lalu disaring, mana yang penting dan mana yang diacuhkan.

Proses ini memungkinkan kita untuk berperilaku sesuai dengan pangalaman dan merupakan dasar bagi kemampuan akademik dan perilaku sosial.

Seorang harus harus belajar mengatur seluruh informasi sensorik yang masuk ke dalam tubuh jika ingin bergerak, belajar dan berperilaku. Sensorik tersebut memberikan informasi tentang kondisi fisik tubuh dan lingkungan di sekitarnya.

Singkatnya,anak dengan gangguan sensori integrasi seringkali salah mengartikan informasi sensorik yang masuk. Anak merasa seperti dihujani dengan informasi dan tak mampu memproses informasi yang masuk.

Stimulasi untuk Merangsang Sensori


Ahli neurologi anak sangat menyarankan kepada orang tua untuk memberikan stimulasi dengan memperbanyak kegiatan yang merangsang sensorik sebanyak mungkin sesuai dengan tahapan usia anak.

Diantaranya adalah:

1. Main sepeda.

Hal ini sangat baik untuk melatih otak menerima rangsangan dari lingkungannya untuk melatih penglihatan, koordinasi motorik, visual-motor, keseimbangan dan lain sebagainya.

2. Lakukan aktivitas fisik.

Seperti berayun, meniti titian, meluncur, bermain bola dan sebagainya.

3. Berikan anak makanan dengan tekstur yang berbeda-beda.

4. Biarkan anak berjalan di permukaan yang berbeda-beda tanpa alas kaki.



5. Biarkan anak bermain dengan bahan yang berbeda-beda teksturnya, seperti tanah liat, pasir, lilin, grlembung sabun dan sebagainya.

6. Biarkan anak bereksplorasi bebas terhadap semua input sensori.

Perlu diingat, stimulasi dilakukan dalam rangka bermain sehingga anak tetap merasa nyaman. Ketika anak memulai suatu aktivitas yang sudah dikuasainya dan anak merasa nyaman, maka anak akan terdorong untuk mencoba tantangan baru.

Dorongan yang diperlukan untuk memunculkan respon adaptif adalah dorongan dari dalam diri anak atau motivasi intrinsik.

Related Posts:

Supaya Anak Semangat Mengerjakan PR

Terkadang orang tua sempat dibuat bingung karena kelakuan anaknya pada saat mengerjakan PR (pekerjaan rumah). Pasalnya anak selalu saja lirak-lirik kepada orang tuanya seperti hendak bertanya tentang sesuatu.

"Ma, nomor dua ini jawabnya apa?" tanya si anak kepada ibunya sambil corat-coret di kertas karena setelah dihitung berkali-kali kok tidak ada jawaban yang tepat.

Hal-hal tersebut adalah wajar terjadi, karena belum tentu orang tua bisa menjawab soal yang ditanyakan anaknya karena orang tua bukanlah profesor.


Perlu ditegaskan bahwa pada saat mendampingi anak dalam belajar, perlu juga disertai dengan pemahaman gaya belajar anak dan gaya belajar orang tua sendiri.

Seringkali terjadi bahwa orang tua tidak sabar ketika membantu si kecil mengerjkan PR, misalnya saja PR matematika. Bahkan terkadang orang tua tak mau repot, main asal jawab saja tanpa menjelaskan cara atau rumusnya.

Orang tua yang langsung memberikan jawabannya dan anak tak diberitahu rumus atau caranya maka akan berakibat anak tidak bisa menjadi mandiri.




Berikut 4 cara agar anak bersemangat untuk mengerjakan pekerjaan rumah.

1. Kenali gaya belajar anak.

2. Ciptakan suasana yang menyenangkan.

3. Jalin komunikasi dengan guru tentang bagaimana cara belajar anak.

4. Jangan paksakan jika kondisi orang tua sedang tidak siap untuk mendampingi anak belajar karena nantinya akan mudah terpancing emosi.

Related Posts:

Stop Kekerasan Verbal pada Anak

Kekerasan bisa diartikan sebagai suatu perilaku untuk menyakiti sehingga korban akan mengalami kerugian atau kerusakan. Perilaku menyakiti ini bisa dalam bentuk verbal maupun fisik.

Sedangkan kerugian yang dialami oleh korban bisa berupa fisik, materi maupun psikologis.

Mungkin disadari ataupun tidak, banyak sekali para orang tua yang ada di sekitar kita telah melakukan kekerasan verbal atau kekerasan melalui kata-kata. Bisa saja dengan berteriak kepada anak, melontarkan kata kasar dan sebagainya.

Bahkan kekerasan verbal ini lebih sering dilakukan ketimbang kekerasan fisik, dan bahkan bisa menjadi kebiasaan atau secara berulang-ulang dilakukan.
Orang tua yang cakap teknologi, sudah saatnya untuk stop kekerasan verbal sekarang juga karena hal tersebut bisa berpengaruh pada perkembangan anak selanjutnya.

Kalau berbicara mengenai kekerasan verbal, tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi non verbal. Misalnya saja tatapan mata, melotot, senyum, adanya intonasi, tekanan dan tempo pada saat berbicara dan sebagainya.

Sehingga kekersan verbal itu bukan saja hanya terbatas pada kata-kata atau pernyataan, kata kasar saja, namun juga melibatkan komunikasi non verbal.

Pemicu Kekerasan Verbal


Kekerasan verbal terjadi karena tak lepas dari faktor pemicu. Dan yang paling sering terjadi pada umumnya adalah karena kondisi orang tua pada saat itu sedang tidak baik.

Misalnya saja kecapekan setelah beraktivitas seharian atau sedang mengalami stres karena suatu hal.

Sehingga orang tua kurang memiliki rasa toleransi pada saat itu dalam menghadapi berbagai kesalahan yang dilakukan oleh anak-anak mereka. Setelahnya, biasanya orang tua akan merasa menyesal karena telah melakukan kekerasan verbal kepada anak.

Selain itu, orang tua yang masa kecilnya pernah mengalami kekerasan verbal juga bisa menjadi pemicu untuk melakukan tindakan yang sama.




Mempengaruhi Psikologis Anak


Saat yang tepat dalam pembentukan ego dan self esteem anak ketika mereka berumur antara 2 - 12 tahun. Pada fase ini, anak akan menyerap banyak informasi namun belum memiliki kemampuan menata informasi yang masuk.

Semua informasi yang didapat akan masuk dan diserap tanpa ada kemampuan memilah mana informasi yang perlu disimpan di memori dan mana yang tidak.

Akibatnya semua kata-kata kasar yang sudah dilontarkan orang tuanya akan terekam oleh anak dan selanjutnya akan masuk ke alam bawah sadar si buah hati.

Jika Sudah Terlanjur


Apa yang terjadi kalau sudah terlanjur? Biasanya anak akan merasa sakit hati, terlihat murung, dan takut. Kalau sudah begini, orang tua harus sesegera mungkin menyadari kesalahannya.

Dekatilah buah hati dan sampaikanlah permintaan maaf. Hal ini penting, agar anak bisa mengetahui dan memahami bahwa setiap orang pasti mempunyai salah.
Lazada Indonesia
Sehingga anak akan belajar menjadi orang toleran dan bisa menerima kesalahan orang lain.

Selanjutnya, selain meminta maaf, sebaiknya orang tua menjelaskan kenapa bisa mengeluarkan kata-kata kasar tersebut. Dengan begitu, anak akan memahami kondisi orang tuanya.

Setelah permintaan maaf dan alasan marah, selanjutnya sebaiknya orang tua memeluk anaknya dengan perasaan kasih sayang.

Meskipun keerasan verbal tidak akan hilang selamanya, namun minimal anak akan menimpannya di memori dengan sesuatu yang baik, bukan sebuah luka dan sakit hati.

Anak juga bisa belajar bahwa seseorang itu bisa melakukan kesalahan, anak belajar toleransi, memahami kondisi orang lain dan sekaligua belajar untuk memeaafkan kesalahan orang lain.

Lazada Indonesia

Related Posts:

Bahaya Membanding-bandingkan Anak

Orang tua manapun pasti ingin anaknya tampil menonjol atau minimal sepadan dengan anak-anak lainnya yang sebaya dengannya. Namun bila ternyata si kecil berbeda sendiri, tanpa disadari terkadang orangtua menjadi senewen.

Dari situ, para orang tua mulai membandingkan anaknya dengan anak lain atau bahkan membandingkannya dengan saudaranya sendiri yang sekandung.

Membandingkan disini bukan hanya pada kemampuan bicara, makan, minum, aktivitas lain, namun juga kemampuan secara akademis seperti mengenal huruf, angka, warna dan sebagainya.


Kemudian apa akibatnya jika orang tua membanding-bandingkan kemampuan anaknya? Lalu bagaimana dampaknya terhadap anak itu sendiri? Kasihan kan anaknya.

Bahaya Membanding-bandingkan Anak


Menurut para ahli psikologi, penyebab orang tua suka membanding-bandingkan si kecil sebenarnya sederhana dan mudah saja karena hal faktor budaya dan kebiasaaan.

Tanpa disadari, orang tua terkadang menganggap orang lain memiliki sesuatu yang lebih bagus darinya sehingga ada perasaan kompetitif dan merasa tersaingi.




Dan pada saat itu, kita jadi memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik dibandingkan orang lain. Tak mengapa karena itu menjadi sesuatu yang positif.

Dampak Positif


Sebenarnya jika dilakukan dengan tepat, membandingkan kemampuan anak dengan anak lainnya bisa memberikan dampak positif. Misalnya sebagai saranaintrospeksiemampuan diri sendiri. Di sini, perbedaan kemampuan tersebut dilihat sebagai pelecut motivasi agar menjadi lebih baik.

Namun, membandingkan kemampuan atau tumbuh kembang anak terhadap orang lain tidak selamanya positif. Namun bisa juga menimbulkan banyak dampak negatifnya.
Lazada Indonesia

Dampak Negatif


Jika terus menerus membandingkan anak, baik dalam jangka panjang maupun pendek, tentu akan membuat anak menjadi minder, tidak percaya diri serta menilai rendah dirinya sendiri.

Parahnya lagi, hal tersebut bisa memberikan efek berkepanjangan hingga anak menjadi dewasa nantinya.

Selain itu, membandingkan anak juga akan menimbulkan trauma pada anak. Si anak juga akan tumbuh menjadi sosok yang sulit untuk puas terhadap dirinya dan selalu ingin lebih dari orang lain.

Related Posts:

Label