Apa itu Kecerdasan Intrapersonal Anak

Tahukah kalian apa sebenarnya kecerdasan intrapersonal itu?
Sesaat membaca judul artikel ini, pasti bertanya-tanya dalam hati, apakah itu sejatinya. Sama seperti admin saat pertama kali membacanya dahulu kala.

Memang kecerdasan ini kalah tenar dengan yang namanya kecerdasan intelektual atau IQ maupun kecerdasan emosional atau EQ. Untuk mengetahui pengertian kecerdasan intrapersonal, silahkan simak penjelasan di bawah ini.

Pengertian Kecerdasan Intrapersonal Anak


Secara sederhana, kecerdasan intrapersonal itu berarti kemampuan memahami diri sendiri. Pada tahun 1983, Howard Gardner mengembangkan sebuah teori yang dikenal dengan "Multiple Intelligent". Dalam teorinya, dia mendefinisikan intelegensi sebagai suatu "IQ (Intelligent Quotient)" , melainkan mengarah pada ketrampilan individu untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi atau pengetahuan baru serta ketrampilan dalam menyelesaikan masalah.

Oleh sebab itu, pembagian intelegensi yang dimaksud Gardner lebih mengarah pada learning styles dari individu yang bersangkutan.

Salah satu tipe intelegensi yang diungkapkannya adalah Intrapersonal Intelligence atau yang dikenal dengan self awareness atau introspeksi.

Pahami Kemampuan Diri

Individu dengan intrapersonal intelligence akan lebih efisien jika belajar secara mandiri dan menentukan tujuan yang akan dicapai. Ia akan melakukan proses introspeksi sebagai upaya untuk memehami kelebihan dan kekurangan diri, sehingga paham langkah konkret apa yang akan digunakan agar tujuan bisa tercapai.

Pada saat mengalami kegagalan, ia akan melakukan penelusuran mengenai faktor-faktor apa, baik internal maupun eksternal, yang membuat tujuan tersebut tidak dapat diraih.

Related Posts:

5 Tips Mengubah Anak yang Ambisius

Perlu dipahami bersama bahwa anak yang sedang dalam proses belajar untuk bisa memiliki ambisi yang positif. Alangkah baiknya sebagai orang tua kita tidak langsung berpikir dan mencap anak secara negatif, yang akan tampak pada saat bagaimana pada saat kita meresponnya.


Ketika kita paham anak sedang dalam proses belajar, kita dapat mengarahkan anak untuk dapat belajar memiliki ambisi yang positif. Karena pada dasarnya anak masih dalam tahap belajar sehinggasikap yang ditampilkan biasanya belum menetap menjadi sebuah kepribadian.

Lebih mudah mengubah anak dengan ambisi negatif ke arah ambisi positif ketimbang membuat anak memiliki ambisi dari sebelumnya yang tidak memiliki ambisi. Karenanya, ambisi negatif bagi anak justru merupakan bagian dari proses belajarnya untuk bisa mengarah ke ambisi positif.

Berikut ini ada beberapa tips untuk mengubah Anak yang Ambisius:


1. Hargailah tiap proses yang dilakukan oleh anak.

Hargai setiap proses yang akan dilakukan oleh anak, bukan hanya menghargai hasil akhir yang ia dapatkan. Diharapkan anakpun belajar untuk lebih menghargai proses yang baik, bukan hanya sekedar hasil.



2. Ajak berdiskusi apa saja yang ia inginkan.

Seringlah mengajak anak untuk berdiskusi mengenai prestasi apa yang ia inginkan, mengapa itu penting baginya dan apa yang ia rencanakan untuk mencapainya. Arahkan proses berpikir anak untuk memiliki keinginan berprestasi bukan hanya untuk menunjukkan diri baik di lingkungan.

Namun karena paham itu perlu dilakukan untuk bisa berhasil mencapai potensi terbaik yang ia miliki. Jadi arahkan anak untuk menetapkan target prestasi yang lebih tinggi dari kemampuan dirinya saat ini, bukan menetapkan target yang sama dengan orang lain.

3. Ajaklah anak untuk berdiskusi mengenai kegagalan yang ia temui.

Eksplorasi apa yang ia rasakan karena pengalaman tersebut. Diharapkan anak bisa mengevaluasi diri secara obyektif dan mengelola emosinya secara positif.

4. Menerapkan disiplin dengan kasih sayang.

Sepakatilah aturan bersama-sama dengan anak dan secara logis buatlah anak menjadi paham mengenai setiap konsekuensi yang akan ia dapatkan sesuai dengan aturan tersebut.

5. Berikan sebanyak mungkin pengalaman untuk anak bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Lewat pengalaman ini, anak akan banyak belajar tentang cara menyesuaikan diri dengan orang lain, bukan hanya fokus pada apa yang ia inginkan saja.

Demikianlah tips-tips mengubah anak yang ambisius menjadi lebih positif.

Related Posts:

Beda Anak yang Ambisi dan Ambisius

Ambisi atau menggebu-gebu terlalu bersemangat menjadi sesuatu yang bagus asalkan tidak terlalu dan mentaati semua aturan yang ada. Anak yang ambisius biasanya ditujukan kepada anak yang memiliki ambisi, yaitu keinginan untuk mencapai yang terbaik.

Ambisius pada anak berarti anak memiliki keinginan yang sangat kuat untuk berprestasi atau menghasilkan karya terbaik dalam bidang tertentu. Untuk membedakan antara anak yang ambisius dan tidak bisa dilihat dari bagaimana mereka dapat bersikap sesuai dengan aturan dan bagaimana mereka menghargai orang lain.


Anak yang memiliki ambisi dapat mengendalikan dirinya untuk melakukan cara yang sesuai dengan aturan agar bisa mencapai keinginan berprestasinya. Sementara anak yang ambisius, akan melakukan segala cara bahkan dengan cara-cara yang sebenarnya tidak boleh dilakukan secara aturan, agar ia berhasil menjadi pemenang.

Bahkan untuk hal-hal kecil yang sepele, anak menganggap itu adalah pertandingan yang harus ia menangkan, ia ingin selalu menang menjadi nomor satu. Namun ketika ia gagal meraihnya, ia akan menyalahkan orang lain atau lingkungan sebagai penyebab kegagalannya tersebut.

Berikut ini perbedaan atau ciri anak yang ambisi dan ambisius.

Ambisi

Konotasinya positif karena menunjukkan pada keinginan yang kuat untuk bisa berhasil mencapai yang terbaik. Ambisi inilah yang membuat anak menjadi tergerak untuk bersemangat dan ulet melakukan yang ia bisa. Jika anak tak memiliki ambisi, mungkin anak akan menjadi tidak bersemangat dan hanya berusaha sekedarnya saja, tidak memiliki keinginan untuk berprestasi.


Ambisius

Konotasinya menjadi negatif karena biasanya dilekatkan pada orang yang mempunyai keinginan yang sangat kuat untuk mencapai prestasi dengan disertai kepercayaan yang sangat tinggi terhadap prestasinya sendiri dan sikap merendahkan prestasi orang lain. Hal ini sering membuat mereka cenderung untuk menyalahkan orang lain atas kegagalan yang ia dapatkan.

Related Posts:

5 Tips Agar Anak Mudah Bergaul

Pada umumnya anak yang sudah berusia lima tahun akan senang bergaul. Mereka saat itu berusaha mengambangkan interaksi dengan lingkungan sosialnya yang lebih luas, di luar lingkungan keluarganya.


Sebagai orang tua yang bijaksana, kita perlu memahami terlebih dahulu karakter dari anak, apakah ia pemalu, berarti ia sebenarnya ingin bergaul namun terhambat oleh rasa malu yang dimilikinya. Ada juga anak yang cenderung introvert dan lebih nyaman dengan diri sendiri namun terampil dalam bergaul.

Bisa pula adanya penyebab faktor lain seperti stres misalnya, sehingga menyebabkan anak menarik diri, enggan bergaul dan sebagainya. Pada intinya, untuk mengetahui penyebab anak enggan bersosialisasi, orang tua perlu melakukan pengamatan lebih dalam lagi.

Bisa jadi anak hanya memerlukan arahan dan dukungan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya untuk berbaur dengan teman-teman sebayanya. Nah di sini ada tips penting yang akan membuat anak menjadi mudah bergaul nantinya.

5 Tips Agar Anak Mudah Bergaul


1. Peran orang tua sebagai role model sangat diperlukan sekali.

2. Pahami tipa anak dan berusahalah meluangkan waktu untuk anak.

3. Berikan bimbingan dan arahan yang wajar pada anak.


4. Hindarilah memaksa anak secara berlebihan yang justru dapat berdampak buruk.

5. Libatkan anak pada kelompok kecil yang diikuti oleh beberapa anak.

6. Berikan apresiasi apabila anak menunjukkan usaha untuk bersosialisasi dengan baik.

Apabila berbagai tahap sudah dilakukan oleh orang tua secara maksimal namun anak belum juga menunjukkan keinginan untuk bersosialisasi, ada baiknya orang tua bertemu dengan psikolog terdekat untuk berdiskusi mengenai perkembangan psikologi anak, apakah yang dialami anak tersebut adalah wajar atau tidak.

Hal ini penting supaya dapat dilakukan stimulasi dini secara tepat untuk menvapai perkembangan optomal pada anak.

Related Posts:

Label