4 Rambu-Rambu Anak Boleh Masuk Dapur

Master chef-master chep yang saat ini sedang marak di acara televisi bisa mengundang minat siapa saja, termasuk juga anak-anak yang polos itu. Sangat tak menherankan bila buah hati mendadak saja ingin menemani ibunya untuk memasak di dapur.

Alih-alih berniat membantu, eh...malah ibunya dibuat repot karena semuanya menjadi beantakan atau malah orang tua menjadi was-was karena takut kalau si kecil terkena benda tajam atau terkena minyak panas atau tersambar api kompor.


Jadi ribet kan?
Mungkin saja buah hati kita masih terlalu kecil untuk membantu ibunya memasak di dapur. Mungkinkah bua hati belum mampu karena belum masuk rambu-rambunya.

Lantas apa saja rambu-rambu anak untuk masuk ke dapur?

Sebelum terjun masuk ke dapur, orang tua sebelumnya harus membekali buah hati agar mereka siap untuk menemani orang tuanya memasuk di dapur.





4 Rambu-Rambu Anak Boleh Masuk Dapur


1. Umur anak.

Usia anak minimal 3 tahun, sudah boleh masuk ke dapur. Terlebih dahulu perkenalkan yang berhubungan dengan dunia dapur misalnya, nama bumbu-bumbu atau bahan masakan, mengenalkan peralatan dapur dan sebagainya.

2. Kesiapan anak.

Terkadang buah hati sangat moody.


3. Skill (ketrampilan).

Sejauh mana anak bisa menggunakan alat-alat memasak dengan benar.

4. Keamanan dan kebersihan.

Bersih serta aman dalam memasak juga sangat penting. Jauhkan pisau atau benda tajam dan yang berbau panas dari jangkauan anak.

Setelah keempat rambu-rambu di atas terpenuhi, asih ada hal-hal yang harus diperhatikan oleh orang tua agar semuanya bisa berjalan baik dan terkendali.

Yang terpenting lagi,selalu dampingi buah hati dengan kegiatan apapun yang dia lakukan selama di dapur. Jangan sampai si kecil luput dari pengawasan.

Related Posts:

2 Macam Kelompok Kesulitan Belajar Anak

Kesulitan belajar atau dalam bahasa Inggris dinamakanan dengan "Slow Learner" merupakan masalah kesulitan belajar pada anak yang dapat ditemui hampir di tiap sekolah.

Ada seorang anak sekolah, misalnya sebut saja namanya wati. Wati ini sangat susah menangkap pelajaran yang dijelaskan oleh gurunya. Tapi anak tersebut bertanya ulang pada teman sebangkunya tiap kali.


Untuk beberapa waktu, teman sebangkunya dengan senang hati mengajarinya. Namun lama kelamaan teman sebangkunya ini kok menjadi bosan karenanya.

Malah terkadang teman sebangkunya berkata tak sengaja, "Kamu kok bodoh amat sih..."



Bukan main betapa sedihnya hati Wati dengan ucapan teman sebangkunya tersebut. Wati menjadi sedih dan murung dibuatnya. Padahal Wati sudah sudah payah belajar rutin tiap malamnya. Namun kenapa nilainya sellu saja di bawah rata-rata.

"Kenapa aku bodoh ya, "pikir Wati dalam hati.

Sebenarnya, ada dua macam kelompok kesulitan belajar tersebut.


2 Macam Kelompok Kesulitan Belajar Anak


1. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan.

Seperti gangguan motorik, persepsi, bahasa dan komunikasi serta penyesuaian perilaku.

2. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik.

Dalam hal ini yang merajuk adanya kegagalam mencapai prestasi akademik. Seperti penguasaan kemampuan membaca, menulis dan menghitung.

Untuk kasus Wati di atas, lihat terlebih dahulu, masuk dalam kelompok yang mana. Setelah mengetahui, segera carikan solusi yang tepat untuk Wati tersebut.

Related Posts:

4 Cara Agar Bayi Lebih Cepat Berkata-kata

Senang rasannya bisa melihat anak berkembang setiap harinya. Kalau diperhatikan, seorang anak dengan kemampuan yang dimilikinya mampu membuat perubahan-perubahan ke arah yang lebih cerdas.

Banyak yang menganggap kalau mengajak bayi berbicara dalam 2 bahasa akan membuatnya sulit bicara. Mungkin ada benarnya karena otak anak yang tumbuh dengan dua bahasa memang belum tentu lebih pintar, namun jauh lebih fleksibel.


Sehingga membuatnya lebih cepat dalam berpikir, menyelesaikan masalah, bahkan mengurangi risiko Alzheimer di kemudian hari. Itu sebabnya, menyekolahkan anak di tempat yang menggunakan dua bahasa dinilai bisa memaksimalkan pertumbuhan otak mereka.

Memasuki usia satu tahun, bayi sudah bisa diajari untuk mengucapkan kata-kata yang lebih kompleks lagi. Nah, untuk mendukung kemampuan bicara sang buah hati, ada beberapa cara yang telah terbukti bisa membantu bayi untuk lebih cepat berkata-kata.




4 Cara Agar Bayi Lebih Cepat Berkata-kata


1. Kata-kata yang diikuti oleh pengalaman visual.

2. Rajin membacakan buku cerita.

Walau tampaknya bayi usia 9 bulan belum mengerti apa itu buku cerita dan asyiknya mendengarkan dongeng.

Sel otak bayi yang sering dibacakan dongeng oleh orang tua atau pengasuh mereka mengalami perkembangan signifikan di daerah yang berikatan dengan visual dan kemampuan memahami bahasa.

3. Terapi suara.

Mengajak bayi mendengarkan musik atau alunan lagu sejak ia berusia 4 bulan bisa membantunya untuk lebih cepat mengoceh atau berbicara.

4. Belajar dua bahasa.

sumber = www.kompas.com

Related Posts:

9 Tanda-Tanda Anak Trauma Dihukum Guru

Trauma bisa terjadi pada anak kecil meski masih sekolah dasar terhadap hukuman oleh gurunya. Trauma karena hukuman guru merupakan ketidaksiapan seorang anak menghadapi suatu kejadian. Bisa disebabkan karena datangnya hukuman yang secra tiba-tiba secara kualitas maupun kuantitas.

Mungkin saja, si anak akan menjadi trauma dengan guru yang sering memberikan hukuman, baik itu hukuman ringan maupun hukuman yang berat sekalipun. Begitu terlihat sekali kalau si anak tak mampu menunjukkan pekerjaan rumahnya pada hari itu, pasti akan ada hukuman yang diberikan guru.


Setiap kejadian yang tengah terjadi, termasuk pemberian hukuman, bisa saja tidak merupakan kejadian traumatis pad satu anak. Namun hal tersebut cukup menorehkan rasa trauma pada anak yang lain. Yang melihat, atau anak yang tidak menerima hukuman pun akan menjadi trauma karena hukuman.

Semua teman sekelasnya pasti tahu bahwa anak yang dihukum tersebut karena mereka ada di kelas tersebut. Namun bagaimana bisa diketahui oleh orang lain kalau anak tidak mau menceritakannya. Terlebih lagi kepada orang tuanya dengan alasan takut yang berlebihan itu.

Baru-baru ini, ada seorang anak yang sampai dihukum dengan cara membentur-benturkan kepalanya ke meja hingga delapan puluh kali karena tak mampu memnghafal lafadz doa dengan menggunakan Bahasa Jerman. Itu bukn hukuman, namun penyiksaan semata. Anak menjadi trauma dan bersedih dengan hukuman yang menyakitkan tersebut.




9 Tanda-Tanda Anak Trauma Dihukum Guru


Berikut ini tanda-tanda anak yang trauma terhadap hukuman guru yang berlebihan.

Ada beberapa tanda jika anak mengalami trauma di sekolah. Biasanya anak akan menolak ke sekolah sengan berbagai macam alasan yang tidak dapat dijelaskan.


1. Seperti malas bangun pagi.
2. Atau bangun pagi tapi rewel,.
3. Tidak segar.
4. Bermimpi buruk.
5. Menolak berpakaian sekolah.
6. Menghabiskan sarapan dengan lambat.
7. Mual.
8. Pusing.
9. Sakit kepala di pagi hari.

Kadang kala si anak akan kesulitan untuk menceritakan secara detil dan runtutannya mengenai sebab ia merasakan ketidaknyamanan tersebut.

Hukuman bukanlah satu-satunya cara agar anak murid menjadi patuh dan taat kepada guru. Masih banyak cara lain yang lebih baik yang bisa diterapkan oleh seorang guru. Alangkah baiknya menjalin hubungan penuh keakraban serta kasih sayang agar anak menjadi lebih mudah diatur.

Related Posts:

Usia Berapa Anak Bisa Ikut Asuransi

Buah hati yang masih kecil, masih bayi dan balita sangat rentan sekali terkena penyakit. Dari itu, sudah semestinya orang tua perlu membekali diri dengan asuransi kesehatan untuk si kecil.

Sehingga apabila si kecil suatu saat terkena penyakit yang menyebabkan harus dilakukan penanganan medis, orang tua perlu repot lagi menyediakan dananya.


Sebetulnya bayi yang baru lahir sudah bisa diikutkan asuransi, baik itu asuransi kesehatan maupun asuransi pendidikan.

Setiap perusahaan asuransi memiliki aturan yang berbeda-beda untuk usia awal si kecil yang bisa diikutkan asuransi. Namun soal perlu dan tidaknya, tergantung dari jenis asuransi yang diambnil orang tuanya.





Cara Mudah Anak Ikut Asuransi


Jika orang tua ingin mengikutsertakan asuransi, caranya mudah saja.

1. Hubungi call center di semua kantor cabang asuransi di kota Anda.

2. Mengisi aplikasi dan form khusus yang akan dibantu petugas, tenaga pemasaran atau agent.


3. Syarat yang harus dipenuhi adalah akta kelahiran dan KTP orang tua.

4. Kemudian membayar premi setiap bulannya.

Asuransi kesehatan memang perlu juga untuk bayi karena bayi biasanya lebih labil dan rentan penyakit dibandingkan dengan orang yang dewasa.

Related Posts:

4 Manfaat Membaca Buku Bagi Anak

Buah hati masa-masa prasekolah emang belum mahir dengan membaca buku. Namun dengan memiliki bucu bacaan, minimal mereka akan betah duduk lama sambil membolak-balikkan buku di hadapannya.


Jadi, tak ada salahnya sama sekali kita sebagai orang tua mengenalkan sejak dini buku bacaan anak-anak kepada mereka.
Selain melatih duduk yang relatis lebih lama, tenyata buku bacaan prasekolah telah mampu membantu perkembangan motorik kasar dan halus si anak.

Rasa ingin tahu anak juga tumbuh dengan kuat, meskipun kemampuannya masih belum sempurna.




Simbol dan Gambar


Maka dari itu, simbol dan gambar-gambar akan lebih mudah disukai dibandingkan dengan huruf yang terangkai dalam kata atau kalimat. Kenapa? Karena gambar dan warna sangat mudah menarik perhatian anak balita.



Maka ketersediaan gambar-gambar dengan warna yang menarik harus lebih dominan dibandingkan huruf-huruf yang dirangkai dalam kalimat cerita.

4 Manfaat Membaca Buku Bagi Anak


Di tengah maraknya teknologi digital yang ramai saat ini, rupanya buku memiliki kelebihan untuk melatih seorang anak. Buku tak hanya memberikan pengetahuan dan hiburan, namun juga dapat melatih keterampilan dalam belajar.

Apa saja manfaat buku bagi anak?

1. Melatih keterampilan membuka halaman buku.

Pada media digital, anak harus menggunakan telunjuk untuk menghadirkan halaman yang diinginkan. Tapi kalau pada buku, anak harus membuka dulu halaman demi halaman yang mereka inginkan.

Artinya bahwa dia harus memiliki ketrampilan membuka halaman buku, bisa melatih koordinasi visual dan motorik. Selain itu, juga melatih untuk tidak terburu-buru berpindah.

Namun ia memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi setiap detil dari bentuk dan wrna yang disajikan. Yang artinya, hal ini bisa melatih anak dalam ketajaman pengamatannya.

2. Melatih Kemampuan pengamatan secara detil.

Seorang anak yang diberikan buku, maka ia akan memperhatikan isi halaman dengan seksama untuk mencari apa yang buku maksudkan. Dalam hal ini ia akan berlatih untuk menajamkan pengamatan detilnya.

Belum lagi ia akan dikenalkan dengan berbagai macam bentuk simbol selain gambar, sehingga akan memperkaya pengetahuannya.

3. Pada anak yang belum dapat membaca, ia pun harus mendengarkan isi cerita yang disampaikan sehingga bisa melatih kemapuan menyikak dan memaknai apa yang ia dengar.

Kosakata anak akan semakin berkembang. Selain itu, juga melatih anak untuk dan berpikir secara aktif.

4. Melatih pemahaman dan mengingat.

Dalam hal ini, kemampuan memori anak akan dilatih agar memiliki kemampuan mengingat serta pemahaman yang tinggi.

Dengan buku, seorang anak akan belajar kemampuan memilah dan memutuskan apakah suatu gambat atau cerita, ia perhatikan terus atau melangkah ke halaman berikutnya.

Berbeda dengan media digital, dimana anak akan lebih banyak pasif dalam menunggu apa yang akan disajikan oleh program yang ia tonton atau mainkan.

Hal ini akan menghindarkan anak mengalami gangguan fokus dalam penglihatan. Karena kalau terlalu sering mengakses informasi yang bergerak cepat.

Related Posts:

Biarkan Anak Menjadi Dirinya Sendiri

Tak sedikit juga para orang tua yang mempunyai impian sendiri untuk membentuk karakter anak-anaknya sesuai dengan kategori ideal dari kacamata bapak atau ibunya.

Misalnya saja punya banyak teman, mudah bergaul dan sebagainya.


Namun perlu disadari bahwa sebenarnya masing-masing anak itu memiliki kepribadian yang unik. Biarkan anak kita menjadi dirinya sendiri.

Apa yang terpenting bagi anak adalah mereka merasa nyaman menjadi dirinya sendiri di depan kedua orang tuanya.




Sehingga mereka bisa berkembang sesuai karakter dan kepribadiannya sendiri.

Orang tua hanya perlu men-support anak agar bisa berkembang dengan optimal. Tiada perlu orang tua memaksakan kehendak agar anak mampu seperti salah satu karakter orang tuanya.

Related Posts:

Dampak Positif Anak yang Suka Melamun

Bagi orang tua, kebanyakan ketika melihat buah hatinya suka melamun berarti menandakan dia sedang mengalami masalah atau pun sedang bersedih hati.

Bahkan tak jarang pula, aktivitas anak yang seperti ini seringkali membuat orang tua merasa cemas dan khawatir.


Tapi jangan ambil keputusan negatif dulu, karena tak selamanya buah hati yang suka melamun itu selalu berdampak negatif.

Dampak Positif Anak yang Suka Melamun


Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh oleh anak bila ia memiliki kebiasaan melamun.

Salah satunya adalah dapat merangsang kreativitas anak.





Tak jarang, anak yang suka melamun mendapatkan ide-ide yang cemerlang.

Dengan ide tersebut, anak pun kemudian mewujudkan lamunannya ke dalam bentuk gambar atau karya yang lain.

Buah hati yang memiliki kebiasaan melamun bisa digolongkan memiliki kecerdasan visual spasial yang tinggi.

Tentu saja kalau anak tidak ada masalah tertentu dengan kebiasaan melamunnya tersebut.

Related Posts:

Kecerdasan Tidak Muncul Dengan Sendirinya

Meskipun setiap anak terlahir dengan kecerdasan yang berbeda-beda, jika tak dikembangkan pasti tidak akan muncul dengan sendirinya,

Maka dari itu, kita sebagai orang tua memiliki peranan yang sangat penting.

Kita harus benar-benar jeli terhadap segala macam pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak kita, termasuk juga kecerdasannya.


Itu artinya sebagai orang tua kita mempunyai tanggung jawab besar dalam menemukan, mengembangkan, serta mendidik segala potensi yang dimiliki oleh buah hati kita.





Semua itu dilakukan agar kelak mereka mampu menjalani kehidupan sendiri.

Tentu saja hal tersebut bukanlah perkara yang mudah sama sekali. Dibutuhkan perjuangan, pengorbanan, kasih sayang, ketulusan, waktu dan cinta yang luar biasa agar bisa melakukan itu semua.

Untuk itulah, penting bagi orang tua untuk mulai melakukannya.

Nah, jangan ditunda lagi, sekarang adalah waktu yang paling tepat tepat untuk mulai mengetahui kecerdasan manakah yang anak Anda miliki?

Related Posts:

9 Macam Kecerdasan Menurut Danah Zohar

Ada seorang yang bernama Daniel Goleman, menyebutkan ada kecerdasan lainnya yang dinamakan kecerdasan emosional. Namun pada kenyataannya kecerdasan emosional ini telah menyangkup kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intepersonal.

Orang yang menyatakannya adalah Howard Gardner.


Dan orang yang terakhir yang menggagas kelompok kecerdasan adalah Danah Zohar, yang mana dapat dikerucutkan lagi menjadi sembilan kecerdasan yang perlu dipahami.

Apa saja sembilan kelompok kecerdasan itu?

1. Kecerdasan Intrapersonal.

2. Kecerdasan interpersonal.

3. Kecerdasan linguistik.

4. Kecerdasan kinestetik.





5. Kecerdasan musikal.

6. Kecerdasan Spasial.

7. Kecerdasan matematika logis.

8. Kecerdasan naturalis.

9. Kecerdasan spiritual.

Nah, setelah mengetahui sembilan kecerdasan tersebut, kita bisa menentukan termasuk kecerdasan yang manakah anak kita itu.

Related Posts:

8 Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner

Para ahli telah membagi kecerdasan yang dimiliki oleh setiap orang menjadi beberapa macam.
Howard Gardner membagi kecerdasan menjadi 8 macam yang dikenal dengan kecerdasan “Jamak”. Kecerdasan jamak juga disebut dengan “Multiple Intelligence”.


Sebenarnya ada beberapa aspek lain selain pada intelektual saja. Aspel lain tgersebut adalah aspek ketrampilan (psikomotor), aspek sikap (afektif) dan spiritual yang ada pada diri anak.

Salah satu orang yang menyatakan dan mendefinisikan kecerdaan adalah Howard Gardner.





Apa saja kecerdasan jamak yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini.

Berikut 8 Macam Kecerdasan Menurut Howard Gardner


1. Kecerdasan Intrapersonal.
2. Kecerdasan Interpersonal.
3. Kecerdasan Linguistik.
4. Kecerdasan Kinestetik.
5. Kecerdasan Musikal.
6. Kecerdasan Spasial.
7. Kecerdasan Matematika Logis.
8. Kecerdasan Naturalis.

Related Posts:

8 Ciri-Ciri Anak yang Cerdas secara Visual Spasial

Seorang anak yang mampu memahami bagun tiga dimensi atau ruang secara tepat, berarti dia telah memiliki kecerdasan visual spasial yang lebih dari anak lainnya.

Mereka yang peka terhadap unsur garis, warna, bentuk, ruang dan hubungannya antara unsur-unsur tersebut.

Buah hati yang memiliki kecerdasan jenis ini, mempunyai kemampuan untuk membayangkan dan menyampaikan idenya dalam bentuk gambar. Mampu menciptakan imajinasi dalam pikirannya terutama dalam menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi.

Visual spasial juga bisa diartikan kemampuan untuk memahami, memproses dan berpikir dalam bentuk visual.

Apa saja ciri-ciri anak yang memiliki kecerdasan visual spasial ini.





8 Ciri-Ciri Anak yang Cerdas secara Visual Spasial


1. Pandai dan suka menggambar.

Anak akan menikmati saat-saat ketika menuangkan ide dan imajinasinya pada sehelai kertas.

2. Suka melamun.

Melamun bisa memunculkan ide yang kemudian diwujudkan dalam karya nyata. Manfaat inilah yang biasanya diperoleh anak dengan kecerdasan visual spasial tinggi yang suka melamun.

3. Suka bermain puzzle.

Bisa merangsang kemampuan visual dan spasial anak. Mereka akan tenang saja mengotak-atik puzzle yang sedang dimainkannya.

4. Lebih mudah membaca gambar atau peta daripada teks.

Suka belajar dengan menggunakan gambar ketimbang teks. Ini yang disebut sebagai gaya belajar visual.

5. Suka pada kegiatan seni.

Akan mendorong untuk menghasilkan ide karya seni.

6. Suka menonton film.

Jangan terlalu cemas, asalkan film yang ditonton mendidik.

7. Bisa menggambar benda tiga dimensi dengan baik.

Mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi, jangan samakan dengan anak biasa. Misal menggambar ikan dalam akuarium.

8. Senang corat-coret di buku pelajaran, kertas dan sebagainya.

Biasanya secara tak sengaja, anak akan mencorat-coret buku tulisnya ketika guru memberikan pengajaran.

Bila kita mempunyai buah hati seperti mencorat-coret buku, hendaknya kita tidak membuat larangan atau memarahi anak. Kita juga harus paham bahwa hal tersebut merupakan salah satu proses anak dalam belajar.

Related Posts:

10 Ciri-Ciri Anak Cerdas Secara Kinestetik

Kecerdasan kinestetik adalah kemempuan yang dimiliki seseorang dalam mengontrol gerakannya atau mengolah gerakan tubuhnya dengan baik.

Anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik tinggi, biasanya cepat menguasai aktivitas-aktivitas yang melibatkan fisik, baik motorik kasar maupun motorik halus. Selain itu, mereka juga sering mengekspresikan gagasan atau emosinya melalui gerakan-gerakan tubuh.


Anak cerdas seperti ini dapat dengan mudah menggerakkan tubuhnya secara terampil. Kecerdasan ini juga meliputi ketrampilan fisik dalam keseimbangan, kelenturan, kekuatan, kecepatan serta koordinasi.

Pada dasarnya, secara bniologis, setiap bayi yang baru lahir itu dalam keadaan tidak berdaya. Kemudian sedikit demi sedikit fisiknya berkembang dengan melakukan berbagai macam gerakan seperti tengkurap dan duduk.





Salah satu ciri khas anak yang mempunyai kecerdasan kinestetik tinggi, diantaranya adalah anak tidak bisa dia dan juga mereka akan merasa selalu gelisah dan tidak nyaman ketika harus duduk lama.

Meski duduk, mereka selalu saja menggerakkan anggota tubuhnya seperti menggoyangkan kaki, bermain pensil den sebagainya.

10 Ciri-Ciri Anak Cerdas Secara Kinestetik


1. Selalu bergerak, tidak bisa diam.

Bisa diamati ketika masih balita. Anak sering aktif bergerak meskipun pergi ke taman bukanlah hal yang pertama dilakukannya. Tapi berbeda dengan anak yang hiperaktif.

2. Merasa gelisah ketika harus duduk lama.

Anak akan merasa sedih dan tak nyaman ketika duduk lama. Bahkan saat duduk-duduk, dia akan berusaha menggerakkan anggota badannnya meski tidak secara terang-terangan.

3. Mengekspresikan diri dengan gerakan tubuh.

Merupakan salah satu cara untuk menemukan individualitas atau keunikan anak. Salah satu caranya adlah dengan menggerakkan anggota tubuhnya.

4. Mempunyai ketrampilan motorik yang baik.

Merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan gerak seorang anak. Ketrampilan ini sangat dipengaruhi oleh kematangan saraf dan otot anak.

5. Suka membongkar mainan atau benda lain.

Mainan tak hanya dimainkan saja, tapi seringkali malah dibongkar kemudian dipasangnya kembali.

6. Menunjukkan berbagai reaksi fisik ketika sedang belajar.

Ketika belajar, tanpa sadar anak akan menggerakkan anggota tubuhnya secara spontan.

7. Senang berolahraga.

Cenderung suka dengan olahraga. Mereka mahir dan lebih baik dalam berolahraga jika dibandingkan dengan anak lain.


8. Pintar meniru gerakan atau perilaku orang lain.

Anak akan lebih mudah mengolah serta mengoordinasi gerakan tubuhnya, juga peka sekali dengan gerakan atau perilaku orang lain.

9. Suka menyentuh benda-benda yang baru ditemuinya.

Ketika belajar, akan terasa lebih mudah kalau ada obyek langsung yang bisa diamati untuk dieksplorasi.

10. Sangat senang bermain dengan tanah liat atau plastisin.

Hubungannya dengan ketrampilan tangan.

Dalam perkembangannya, pasti ada anak yang memilkiki kecerdasan kinestetik tinggi. Dan biasanya mereka akan lebih mahir jika dibandingkan dengan anak lain dalam bidang olahraga, ketrampilan dan beberapa aktivitas lain yang berhubungan dengan gerakan tubuh.

Related Posts:

Tanda Anak akan Menjadi Calon Pemimpin

Pada suatu ketika, tiba-tiba saja buah hati kita bercerita bahwa ia dipilih menjadi ketua kelas yang baru. Jika anak kita menceritakannya dengan perasaan senang dan bersemangat, itu artinya anak kita termasuk anak yang cerdas interpersonal-nya.

Karena tak semua anak mempunyai keberanian untuk memimpin teman-temannya, terlebih menjadi ketua kelas.


Anank yang cerdas secara interpersonal tinggi, maka ia akan merasa senang ketika ditunjuk menjadi ketua kelas. Ia merasa tidak terbebani sama sekali, malah justru bersemangat.

Dia akan sebisa mungkin untuk melakukan tugas-tugas untuk mengorganisasi teman-temannya.





Misalnya saja, ia merasa senang ketika harus menyampaikan pesan-pesan dari guru kepada kawan-kawannya, selalu bersemangat ketika diminta guru untuk mengordinasi teman-temannya.

Hal yang juga penting adalah anak tersebnut merasa bertanggung jawab ketika melaksanakan tugas dan kewajibannya itu.


Sebagai usaha untuk mendukung tanggung jawabnya di kelas, sebaiknya kita sebagai orang tua tidak segan-segan untuk bertanya mengenai apa saja yang terjadi di kelas pada anak.

Melalui pertanyaan itu, anak pun akan menjawab segala sesuatu yang terjadi pada dirinya di kelas.

Hal ini juga memungkinkan untuk menceritakan permasalahan yang dihadapinya sebagai ketua kelas. Di sinilah kita bisa memberikan bimbingan, masukan dan nasehat kepada anak tentang solusi apa saja yang sebaiknya dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya di kelas.

Related Posts:

Anak yang Cerdas Menurut Orang Tua

Yakinlah bahwa setiap anak itu adalah unik. Mereka mempunyai ciri-ciri dan karakter khusus yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya.

Hal itulah yang menyebabkan kita tidak bisa menerapkan pola tindakan yang sama kepada semua anak.


Dan karena disebabkan setiap anak mempunyai karakter-karekter yang khusus, maka pendekatan dalam melakukan pola tindakan yang kita lakukan pun harus secara khusus pula.

Kalau kita membicarakan anak cerdas, mungkin yang langsung terbayang di benak kita sebagi orang tua adalah anak-anak yang memiliki skor tinggi dalam pelajaran di sekolah.




Anak Cerdas Menurut Orang Tua


Misalnya saja dalam mata pelajaran IPA anak mendapatkan skor 90, matematika mendapat skor 98,dan sebagainya.

Dengan kata lain, anak-anak yang suka membaca, menulis, maupun berhitung dengan baik merupakan anak-anak yang berhak mendapatkan predikat "Anak Cerdas".


Dan sebaliknya, anak yang mempunyai skor biasa-biasa saja dalam bidang tersebut, maka kita beri predikat sebagai anak yang "biasa saja". Misalnya saja anak mendapat nilai skor 75 atau 80.

Sementara itu, bagi anak yang skornya rendah, misalnya mendapat skor 50 atau 35, berarti "anak bodoh".

Nah, kita harus mengakui bahwa arti kecerdasan yang diyakini oleh para orang tua sebenarnya masih terbatas pada intelektualnya saja.

Padahal, sebenarnya kecerdasan seseorang tidak ditentukan dari aspek intelektual atau kognitif saja. Masih ada aspek-aspek lain yang turut menentukan kecerdasan pada anak.

Related Posts:

Label