7 Penyebab Anak Enggan atau Takut Sekolah

Orangtua pasti sangat pusing tujuh keliling jika anak tak mau sekolah. Selalu saja ada alasan yang dilontarkan entah rurunya galak, minta ditemani dan sebagainya.

Kebanyakan anak enggan atau takut untuk sekolah untuk pertama kalinya. Hal ini bisa saja disebabkan anak yang tidak merasa percaya
diri.


1. Perasaan tak aman (insecure).
2. Anak belum dikenalkan dunia sekolah.
3. Anak tak merasa percaya diri.
4. Anak jarang diajak interaksi dengan orang lain.
5. Anak jarang diajak keluar rumah.
6. Anak suka ditakut-takuti.
7. Pernah dimarahi guru.

Pengalaman-pengalaman tersebutlah yang mendasari anak menjadi takut ke sekolah.

Related Posts:

10 Ciri-Ciri Anak Siap untuk Sekolah

Orangtua mana yang tak bahagia jika buah hatinya antusias dan bersemangat untuk masuk sekolah. Tapi jangar lupa, usia juga turut mempengaruhi jiwa anak.

Anak yang belum cukup umur, dikhawatirkan nanti, mentalnya belum begitu siap, sehingga anak akan sering menangis sekolahnya, dengan beragam alasan.

Sebaiknya, ikuti anjuran program pemerintah, kapan usia idealnya. Meski begitu, ada juga anak-anak yang belum waktunya sekolah namun telah menunjukkan ciri-ciri siap untuk masuk sekolah.

Berikut ini ciri-ciri si kecil yang sudah siap untuk sekolah.


1. Sering bertanya, "kapan aku sekolah".

2. Si kecil bangun tidur dengan semangat.

3. Bangun pagi menjadi lebih mudah.

4. Kemandiriannya sudah terlihat.

Si kecil sangat sibuk dengan menyiapkan keperluan sekolahnya sendiri, seperti memasukkan buku ke tas, pensil dan sebagainya.

5. Senang melakukan aktivitas yang berkaitan dengan sekolah seperti menggambar, menulis dan sebagainya.

6. Si kecil terlihat lebih mandiri.

7. Bisa mengikuti aturan dengan mudah.





8. Mampu menjalankan instruksi dengan cepat.

9. Merasa senang ketika sekolah.

10. Anak lebih mudah menyerap pengarahan.

Karena memang anak yang sudah siap untuk bersekolah, biasanya sudah tak ada lagi hambatan pada dirinya sendiri. Sehingga anak menjadi lebih mudah menyerap apa saja yang disampaikan oleh orang terdekatnya.

Itulah 10 Ciri-Ciri Anak Siap untuk Sekolah.

Related Posts:

6 Cara Mengeksplorasi Tubuh Si Kecil

Betapa senangnya memiliki anak, itu anugrah yang tak terkira. Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab orangtua untuk membantu memperkenalkan bagian-bagian tubuh si kecil.

Sadar akan tubuhnya merupakan satu tugas perkembangan yang penting sejalan dengan si kecil belajar duduk, merangkak, berguling dan akhirnya bisa berjalan.

Mari ajak yuk si kecil bermain mengeksplorasi tubuhnyha untuk membantu mengenal bagian-bagian badannya.

Persiapan

1. Tempat duduk bayi atau lantai.

2. Tikar atau karpet.

3. Beberapa stiker kecil warna-warni.





Cara Bermain


1. Buka baju si kecil.

2. Sandarkan ia di tempat dudknya atau dudukkan di lantai beralas tikar, jika ia memang sedang belajar duduk.

3. Ibu duduk di depannya.

4. Perlihatkan satu stiker, lalu tempelkan pada salah satu bagian tubuh anak.

Misalnya saja ditempel di pundak, tanpa bayi tahu dimana Anda menempelkannya. Coba tanyakan ke anak, "Hayo dimana Ibu menempelkan stiker tadi?"

5. Pura-puralah mencari stiker pada badannya.

Periksa tangan si kecil dan katakan, "Ah, di tangan nggak ada." Teruslah mencari di bagian tubuh lain hingga Ibu mendapatkannya dan katakan, "Ini dia, ketemu di pundak."

5. Ulangi permainan beberapa kali dengan menempelkan stiker bagian lain di tubuh.

6. Setelah beberapa waktu, beri kesempatan si kecil untuk mencari stiker di tubuhnya sendiri jika memang ia ingin melakukannya.

Related Posts:

Manfaat Menceritakan Kisah Menarik

Kisah yang menarik pasti akan membuat anak merasa bahagia dan keingintahuan lebih lanjut mengenai apa jalan cerita yang disuguhkan tersebut.

Apa saja maanfaat bercerita kisah-kisah menarik untuk anak?

Manfaat Menceritakan Kisah Menarik


Untuk mendukung kebiasaannya tersebut, orang tua bisa membacakan cerita-cerita yang menarik sebelum anak tidur. Hal ini sangat berperan besar dalam perkembangan anak, khususnya adalah kemampuan berbahasa.


Ketika melakukannya, beberapa orang tua mungkin beranggapan bahwa anaknya belum bisa memahami alur cerita yang dibacakan. Padahal melalui kebiasaan tersebut, lama kelamaan anak akan bisa memahami seiring dengan perkembangan kognitifnya.

Manfaat lainnya adalah secara perlahan meeka akan mengenal kata-kata dan konsep baru yang ada dalam cerita yang ia dengar.





Dengan demikian, mereka pun akan mencoba untuk memahami kata-kata tersebut sesuai dengan pemahaman yang ia miliki sebelumnya. Hal ini akan menambah daftar kosakata mereka.

Manfaat yang terakhir adalah anak pun akan menikmati kehadiran orang tua ketika menemani mereka dengan cerita-cerita baru yang menarik.

Related Posts:

5 Strategi Mengembangkan Kecerdasan Matematika Logis

Siapa saja pasti akan bangga ketika mendapati buah hatinya ternyata memiliki kecerdasan matematika logis. Bahkan terlihat menonjol kepandaiannya di sekolah.

Kecerdasan matematika logis ini merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang yang mahir dalam menggunakan angka yang baik, melakukan penalaran-penalaran dengan benar, mampu mengolah alur pikiran yang panjang serta mampu mencerna pola-pola logis atau numeris.


Biasanya anak yang memiliki kecerdasan matematika, maka dia akan memiliki skor atau nilai yang bagus di kelas bahkan sesekolahan. Terutama akan bidang mata pelajaran matematika dan IPA atau sains.

Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengembangkan kecerdasan matetamika logis si kecil. Diantaranya adalah sebagai berikut ini.

1. Mengajak buah hati untuk menenerjemahkan masalah hitungan yang mereka jumpai sehari-hari ke dalam model matematika.

Masalah tersebut awalnya diceritakan terlebih dahulu kemudian ditulis kemudian dipecahkan melalui rumus dan hitungan matematika. Permasalahan tersebut misalnya saja mengetahui luas rumah, menghitung uang kembalian setelah membeli jajan dan sebagainya.





2. Membiasakan buah hati untuk menceritakan permasalahan yang mereka hadapi.

Dengan terbiasa menceritakan permasalahan yang mereka hadapi, kita bisa membantu mengarahkan mereka untuk menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi secara logis.

Misalnya saja, si kecil bingung karena besok ada acara di sekolah yang dimulai pukul 6.30 WIB. Kita bisa mengarahkannya dengan membantu memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk bersiap-siap. Misalnya, seperti biasanya waktu dari bangun tidur sampai tiba di sekolah biasanya membutuhkan waktu 1,5 jam. Kita dapat memberitahu buah hati kita agar bagun pukul 05.00 WIB.



3. Merencanakan untuk melakukan suatu eksperimen bersama buah hati.

Dengan adanya keterlibatan kita, buah hati kita punakan merasa lebih bersemangat dan antusias dalam melakukan eksperimen-eksperimennya. Selain itu, lebih aman karena kita bisa mengawasi secara langsung, melakukan eksperimen bersama juga dapat menambah kedekatan antara kita dengan buah hati.

4. Mengajarkan buah hati untuk membuat diagram-diagram.

Buah hati kita yang senang membuat kategori atau pengelompokan akan merasa terbantu ketika kita mengajarkan membuat diagram-diagram. Mealui diagram tersebut, buah hati kita pun akan lebih mudah dalam membangun pengertian suatu konsep dan pengelompokannya.


5. Menyampaikan analogi ketika menjelaskan suatu hal.

Untuk meningkatkan logika anak, kita bisa menyampaikan beberapa hal melalui analogi-analogi yang bisa dimengerti oleh buah hati. Misalnya saja ketika menasehati buah hati kita tentang perjuangan dan kerja keras, maka kita bisa menyampaikannya melalui analogi buah kelapa.

Untuk bisa dipakai dan digunakan, buah kelapa harus jatuh dari pohonnya yang tinggi, dikupas kulitnya, diambil dagingnya, sampai akhirnya diperas dan dipakai sebagai santan.

Related Posts:

Pertanda Apa Anak yang Bisa Menulis dengan Baik dan Hasilnya Bagus

Pasti tak luput dari pengamatan orangtua, dimana anak yang masih kecil, namun kok bisa menulis dengan baik dan hasilnya pun bagus terlihat.

Ketika anak sudah bisa menuliskan beberapa kata pada usia dini, tentu akan membuat kita sebagai orangtua merasa bangga dan senang sekali.


Terlebih si kecil mencoba menulis kalimat "Aku sayang Ibu". Atau kalimat "Aku sayang Ayah". Wah hebat sekali, padahal anak seusinya atau teman sebayanya belum bisa menulis sama sekali.
Hal ini sudah menjadi pertanda awal. Berarti Anda memiliki seorang anak yang cerdas. Kemampuan ini adalah salah satu kemampuan yang dimiliki anak dengan kecerdasan linguistik yang baik.


Dalam kegiatan belajar di sekolah, kegiatan nmenulis yang dimaksud di sini bisa disebut dengan menulis permulaan.





Nah, perlu diketahui bahwa anak-anak yang bisa menulis dengan baik, sebenarnya memiliki kesempatan yang lebih baik pula dalam mengekspresikan pendapatnya atau perasaannya secara tertulis.


Namun, tetap harus diingat bahwa kemampuan untuk menghasilkan tulisan yang baik dan sudah bisa dibaca itu tidak akan datang dengan sendirinya.

Hal tersebut harus tetap harus mendapatkan dorongan dari kita sebagai orangtuanya.

Related Posts:

12 Manfaat Senam Gymnastic untuk Anak

Perlu Bunda ketahui ya...bahwa mengajak anak untuk mau melakukan senam bukanlah hal yang mudah. Bahkan terjadi kucing-kucingan terlebih dahulu dengan anak.

Bukan apa, memang begitu sifat dari anak, Bunda harus sabar menghadapinya. Kayaknya perlu trik khusus agar si kecil mau menggerakkan badannya.


Padahal senam atau olahraga merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Banyak para ahli keehatan dan dokter menyarankan, sebaiknya memberikan waktu luang kepada anak untuk berolahraga.





Salah satu senam yang lagi trend sekarang adalah senam gymnastic. Semua anak secara umum dianjurkan melaksanakan aktivitas fisik dengan intensitas sedang 60 menit (kumulatif) setiap harinya.

Dan gymnastic ini dapat termasuk ke dalam aktivitas fisik tersebut, apabila dilaksanakan secara dinamis dan senantiasa melibatkan otot besar tubuh seperti lengan dan tungkai.

Apa saja manfaat senam gymnastic untuk anak?

1. Melatih keseimbangan tubuh.

2. Melatih fleksibilitas tubuh.

3. Meningkatkan konsentrasi anak.

4. Menjadikan anak lebih mandiri.

5. Menjadikan anak lebih disiplin.

6. Memupuk anak untuk bersosialisasi.


7. Meningkatkan kesehatan.

8. Mencegah obesitas.

9. Meningkatkan kerjasama kelompok.

10. Meningkatkan kecerdasan anak.

11. Anak menjadi lebih sportif.

12. Membangun kepercayaan diri.

Itulah beberapa manfaat senam gymnastic untuk anak. Selain anak menjadi lebih sehat, juga bisa meningkatkan kecerdasan si kecil.

Dengan otak yang cerdas, maka di sekolah pasti akan memberikan nilai positif di setiap bidang mata pelajaran. Jadi, tak ada salahnya, ajak anak untuk senam gymnastic sejak dini.

Related Posts:

3 Manfaat Melatih Anak Meminta Maaf

Memang tak mudah sama sekali untuk mengajarkan anak untuk meminta maaf. Apalagi ketika anak masih berusia belia, antara 2-3 tahun.

Usia segitu, anak masih belum mengerti benar apa itu meminta maaf dan memberi maaf. Biasanya anak baru mulai paham ketika mereka berusia 4-5 tahun.

Meskipun begitu, orangtua harus selalu menanamkan dan mencontohkan kebiasaan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan harapan, anak akan semakin mudah memahami akan arti meminta maaf dan memaafkan. Orang yang pemaaf akan disayang Tuhan.


Perlu diketahui bahwa mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan kesalahan orang lain, ada banyak manfaatnya. Apa saja ya.

1. Melatih empati.

Penjelasan arti saling memaafkan ini bisa memupuk rasa empati anak terhadap sesama manusia. Jika si kecil sudah biasa mengucapkan maaf, dia akan cenderung lebih empati dari anak seusianya.

2. Melatih keberanian.

Meminta maaf itu memang sulit. Bukan hanya anak-anak saja, terkadang orang dewasa pun sulit untuk melakukannya. Nah, sedari kecil, meminta maaf merupakan media pembelajaran awal untuk lebih berani berbicara dengan orang.

3. Melatih berinteraksi.

Anak yang mudan meminta maaaf, akan lebih luwes dalam berinteraksi dan bergaul secara sosial kepada teman-temannya.

Related Posts:

Tips Agar Anak Dekat Dengan Mama

Sudah bukan rahasia lagi kalau anak laki-laki jangan terlalu dimanjakan. Karena nantinya akan bisa berakibat kurang baik seperti menjadi anak manja, kurang mandiri dan sebagainya.


Berikut ini adalah tips untuk para ibu terhadap anak laki-lakinya.

1. Tetap memunculkan rasa hangat.

Tapi tidak lembek. Hal ini bisa dijalankan ketika seorang ibu memiliki pola asuh yang jelas, dimana ada pagar berupa batasan dan aturan yang tegas. Namun diperlakukan dengan rasa kasih sayang.




2. Memberi kesempatan untuk dekat dengan ayahnya.

Sehingga anak laki-laki akan tetap melakukan proses identifikasi gender pada ayahnya.

3. Memberi kesempatan mengembangkan maskulin anak laki-laki.

Seperti membelikan mainan yang laki banget, menfasilitasi perkembangan ketangkasan fisik dan ketangguhan menyelesaikan masalh sehari-harinya.

4. Memberikan kebebasan bermain dengan teman laki-lakinya.

Tentunya dalam batasan yang wajar dan suatu waktu.

Related Posts:

Benarkah Menggigit Kuku Termasuk Gangguan Psikologis

Kegiatan menggigit kuku pada anak memang mungkin saja menyenangkan bagi anak-anak. Padahal kebiasaan tersebut bukanlah hal yang baik, mengingat di seka-sela kuku bisa menjadi sumber penyakit.

Lebih banyak diperlihatkan pada anak usia antara 7 hingga 10 tahun dan usia remaja. Hal tersebut karena anak usia batita masih mendapatkan pengawasan orangtuanya.

Apakah benar, jika menggigit kuku termasuk gangguan psikologis? Maka untuk memastikannya, sebaiknya Anda memperhatikan beberapa hal berikut ini.


Menggigit kuku dapat merupakan ekspresi dari adanya rasa kecemasan yang dirasakan oleh anak dan menjadi indikasi adanya ganggua psikologis anak.

Namun jika hal tersebut disertai dengan ciri-ciri lainnya, seperti adanya kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain, kesulitan dalam beradaptasi, kesulitan dalam berkomunikasi dan munculnya tingkah laku yang aneh pada diri anak.


Menggigit kuku yang eksesif dapat menunjukkan tingkah laku kompulsif dan kurangnya kemampuan anak untuk menahan dorongan (impulse control).





Menggigit kuku dapat muncul pada beberapa gangguan psikologis pada anak seperti pada anak yang mengalami kecemasan berpisah dari caregiver dan sebagainya.

Tentunya untuk menentuklan apakah menggigit kuku sebagai gangguan psikologis atau tidak, perlu memperhatikan kemunculan tingkah laku lain yang mendukung dan mempertimbangkan usia anak.

Related Posts:

3 Manfaat Utama Belajar Memasak untuk Anak

Sekarang ini sedang marak-maraknya acara masak-memasak di televisi. Tak pelak, si buah hati menjadi merasa tertarik dengan acara tersebut dan bahkan mampu memberikan pengaruh dalam dinamika keluarga saat ini.

Dahulu, memasak seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang feminim dan hanya tugas perempuan saja. Namun seiring waktu, perbedaan gender mulai berevolusi.

Namun kini memasak menjadi kegiatan laki-laki dan perempuan. Fenomena ini menjadi berpengaruh terhadap minat anak. Ada banyak dampak positif memasak pada berbagai aspek tumbuh kembang anak.


Kegiatan memasak menjadi kegiatan bermain yang memiliki sifat konstruktif dan fungsional. Anak akan menjalani proses membuat makanan dan terdapat kegiatan yang berulang sehingga ia akan mengerti fungsi dari tiap langkah dan tiap bumbu dalam mengikuti resep masakan.





Berikut ini 3 Manfaat Utama Belajar Memasak untuk Anak


1. Aspek motorik dan sensorik akan terstimulasi dengan baik.

Motorik halus. motorik kasar, koordinasi tangan dan mata akan terlatih dan terasah (mengaduk adonan, mengupas, menumbuk, memotong, mengiris dan sebagainya). Sensorik anak juga terstimulasi sehingga ia akan mengerti perbedaan sensasi (hangat, dingin, kalis, basah, wangi bumbu-bumbu).

Untuk beberapa anak yang cenderung gelisah, gelisah, atau mudah marah, kegiatan sensorik dapat menjadi kegiatan yang terapeutik atau bersifat menenangkan.


2. Aspek kognitif dan bahasa ikut terstimulasi.

Anak-anak mempelajari proses dan urutan kegiatan memasak sampai mendapatkan hasil. Dan bisa menjadi kegiatan ilmiah karena anak dapat mempelajari sebab akibat, perubahan suhu, perubahan bentuk, contohnya cairang puding berubah menjadi padat, es mencair dan sebagainya.


Kosakata anak juga akan bertambah dengan istilah-istilah baru dalam memasak. Kreativitasnya pun akan terstimulasi karena ia dapat bereksperimen dengan bumbu, serta dapat menyalurkan bakat seninya menata makanan (plating).

3. Perkembangan psikologis dan sosial anak ikut berkembang.

Saat anak menghasilkan suatu makanan, akan memberikan timbal balik positif terhadap self-concept, dimana mereka menilai diri berdasarkan kemampuannya dalam memasak.



Jika pengalaman memasak ini memberikan konsekuensi positif, misalnya anak senang melihat raut wajah orang yang menyantap masakannya, mendapat apresiasi dari orangtua dan orang di sekitarnya, maka kepercayaan diri anak juga akan menjadi meningkat.

Selain itu, bisa menjadi wadah sosialisasi. Kedekatan orangtua dan anak (quality time) terjalin dengan baik. Atau apabila anak mengikuti les atau ekstrakulikuler memasak, maka ia dapat bersosialisasi dengan teman sebayanya.

Related Posts:

4 Contoh Stimulasi Sensoris pada Anak

Sebenarnya stimulasi sensoris untuk mendukung optimalisasi tumbuh kembang bayi dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. Tanpa kita sadari kita telah menstimulasi si kecil.

Misalnya saja pada saat mengganti atau menggunakan popok anak, memberikan makan, proses memandikan bayi serta mengenakan atau menggantikan pakaian bayi.

Stimulasi sensoris ini bisa dilakukan tentunya dengan melibatkan si bayi. Selain itu, jug jangan sampai lupa untuk menggabungkan beberapa aspek perkembangan saat menstimulasinya, misalnya saja suara atau berbicara dan interaksi.

Seorang ibu bisa mempelajari dunia sekitarnya dengan eksplorasi sensoris, dimana dalam sensoris terdapat 5 macam panca indra dan keseimbangan serta gerakan.

Melihat dan mendengar adalah aspek sensoris yang paling dini. Dan kulit merupakan alat sensoris yang sangat luas. Lalu bagaimana cara menstimulasi sensoris pada bayi?


Berikut ini adalah beberapa contoh kegiatan sehari-hari dalam menstimulasi si kecil.

1. Proses Diapering.

Saat mengganti atau menggunakan popok pada bayi, seorang ibu bisa menstimulasi sensoris bayi dengan mengajaknya berbicara. Selain itu, bisa juga dengan memijat tubuhnya. Sehingga ada penggabungan beberapa aspek dalam menstimulasi sensoris yaitu suara dan interaksi.





2. Proses Feeding.

Seorang ibu bisa mengenalkan adanya konsep basah melalui makanan. Misalnya ibu membuat agar-agar untuk dimainkan oleh bayi. Bayi nantinya akan memegang dan pada saat itulah terjadi sensoris pada kulit bayi.

Tentunya pada saat mengenalkan dan melatih sensoris tidak hanya mengenalkan jenis makanannya saja, akan tetapi juga didukung dengan suara dan gerakan.

3. Proses Bathing.

Pada saat memandikan bayi, seorang ibu bisa mengajak bayi untuk mengangkat kakinya dambil dibantu ibunya untuk mengangkat. Sehingga ada proses stimulasi melalui suara dan gerakan.

4. Proses Dressing.

Stimulasi sensoris bisa dilakukan pada saat menggunakan atau menggantikan pakaian bayi. Misalnya memakaikan baju, ibu bisa mengajak anak dengan memasukkan anggota tubuhnya ke pakaian yang akan digunakan anak. Tak lupa juga dilakukan proses sensoris dengan suara dan gerakan.

Related Posts:

6 Tips Sukses Melatih Anak Puasa

Bulan ini adalah bulan penuh rahmat, dimana hampir semua umat Islam yang ada di dunia menjalankan ibadah puasa. Di Indonesia sendiri, puasa dijalankan selama kurang lebih 14 jam dalam sehari. Dan tak terkecuali juga, anak-anak muslim, turut memeriahkan puasa bersama ini.

Biasanya, para orangtua akan bertanya-tanya sebenarnya pada usia berapa sih idealnya anak itu turut menjalankan ibadah puasa? Kira-kira dia mampu apa tidak ya menahan lapar dan dahaga?

Tak perlu khawatir, karena pada diri setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda dan unik. Jadi sebenarnya tak ada patokan yang pasti, kapan orangtua mulai mengajarkan puasa pada anak-anaknya. Yang terpenting adalah memperkenalkan sedini mungkin kepada anak mengenai ritual agama dan ibadah puasa.


Perlu diingat juga bahwa orangtua harus menciptakan suasana yang menyenangkan saat anak baru pertama kali belajar berpuasa. Tujuannya adalah agar anak bisa merekam mengenai pengalaman positif ibadah puasa. Sehingga akan lebih mudah memotivasinya berpuasa di tahun-tahun berikutnya juga termasuk ibadah lainnya.

Berikut ini ada tips dan saran yang bisa dilakukan oleh orangtua di rumah.

6 Tips Sukses Melatih Anak Puasa


1. Kenalkan dan ajarkan anak berpuasa.

Harus dimulai dari orang-orang terdekat si anak. Bagaimana mungkin si anak akan mau berpuasa jika orangtuanya yang sebagai teladannya tidak turut melakukan ibadah puasa.

Orangtua terutama si ibu, harus bisa memberi contoh dan memantau si kecil dalam berpuasa. Meskipun ibunya lagi berhalangan berpuasa, usahakan agar terlihat seperti orang yang berpuasa.

2. Lakukan beberapa tahap.

Orangtua bisa mengajarkan si kecil berpuasa 3-4 jam sekali. Kemudian ketika Anda merasa cukup yakin si kecil cukup kuat berpuasa hingga pukul 10.00, lalu bertahap lagi puasa bedug atau jam 12.00 siang. Lakukanlah ini di tahun pertama puasanya.




3. Pada tahun kedua.

Anda bisa mencobanya mengajarkan anak berpuasa sehari penuh. Ini pun harus dilakukan secara perlahan. Jika di tengah hari si kecil rewel dan tidak kuat, maka Anda bisa memberikannya makanan kecil, kemudian bisa dilanjutkan berpuasa hingga maghrib tiba.

Lama kelamaan si kecil akan lebih kuat dan akhirnya bisa berpuasa sehari penuh.

4. Hargai usahanya.

Seringkali kita mendapati si kecil bilangnya ingin berpuasa sehari penuh, naman kenyataannya ia malah makan di siang hari. Jangan pernah patahkan semangatnya apalagi sampai mengejek akan kegagalannya. Akan tetapi, hargailah usahanya untuk berpuasa tersebut sambil terus dibimbing untuk melakukan puasa yang benar.

5. Berikan reward jika perlu.

Orangtua bisa memberikan hadiah berupa menu buka puasa favoritnya jika ia mampu berpuasa sesuai target. Atau bisa juga memberinya pujian dan semangat terus menerus dengan ucapan yang baik.

Hl ini bisa memacu semangat puasanya. Dan dengan seiring berjalannya usia, orangtua bisa menanamkan makna dan tujuan puasa yang sesungguhnya kepada si kecil.

6. Pantau kesehatannya.

Terutama jika ini adalah tahan pertamanya puasa atau tahun keduanya. Kondisi fisik tiap anak berbeda-beda. Artinya meskipun anak lain seusinya kuat berpuasa sehari penuh, belum tentu anak kita kuat berpuasa sehari penuh.

Jika anak tampak sakit atau tudak kuat, maka jangan dipaksakan. Biarkan ia membatalkan puassanya dengan makan atau minum. Jika kuat melanjutkan, biar dilanjutkan olehnya.

Salah satu kesenangan anak ketika berpuasa adalah saat-saat berbuka puasa bersama keluarganya. Pada saat inilah orangtua bisa mengajarkan sedikit demi sedikit mengenai makna puasa dan indahnya kebersamaan setelah berpuasa sehari penuh.

Tentu rekaman baik terhadap suasana bulan puasa di rumah akan mendorongnya berpuasa dengan lebih baik di tahun-tahun berikutnya.

Selamat Berpuasa.

Related Posts:

Agar Ulang Tahun Anak Berkesan Terus

Sebagian besar orangtua biasanya terlalu bergembira dalam menyiapkan segala sesuatunya pada hari ulang tahun anak. Ketika berulang tahun, si buah hati menjadi sangat istimewa sehingga lupa bahwa bagaimanapun juga, dia tetaplah anak, terutama ketika ulang tahun pertama anak.

Tak pelak, orangtua sibuk melakukan persiapan perayaan yang megah dengan susah payah untuk direncanakan, namun ternyata belum tentu juga cocok buat anak itu sendiri.

Yang ada, kemungkinan besar si anak malah merasa tidak nyaman dan terkadang berakhir dengan tangisan. Untuk itu, perayaan ulang tahun untuk si kecil sebaiknya dikonsep secara matang agar dapat berkesan baik.



Terkesan baik bagi orangtuanya, bagi para tamu undangan maupun untuk si kecil itu sendiri. Kalau boleh dibilang, semua bagian yang berkecimpung dalam acara ulang tahun tersebut bahagia.

Nah, berikut ini ada beberapa tips untuk membuat acara ulang tahun anak yang berkesan dan tidak berakhir dengan drama tangisan dari si kecil.

1. Batasi jumlah undangan.

Ini penting, karena namanya masih anak-anak, kalau ruangan penuh sesak, dan banyak yang tidak dikenalnya, maka akan berakibat anak menjadi bingung dan bisa-bisa malah menangis. Sebisa mungkin, batasi saja jumlah undangan, cukup anggota keluarga, dan orang-orang yang dikenal si kecil.

2. Batasi hiasan rumah.

Memberi hiasan yang berlebihan bisa membingungkan anak dan mimpi buruknya. Batasi hiasan yang sesuai dengan keinginan anak saja maka akan lebih baik.


3. Jangan memanggil badut, pesulap, atau penghibur lain.

Ini khusus untuk anak yang berusiah 1 tahun saja, karena biasanya seusia itu, dia akan takut.




4. Rencanakan waktu dengan baik.

Penjadwalan waktu sangatlah penting dalam pesta anak. Carilah waktu yang mana anak cukup istirahat, kenyang dan sesuai tanggal dan waktu. Sebaiknya acara jangan terlalu lama, cukup satu setengah jam saja agar anak tidak terlalu lelah.

5. Dokumentasikan kenangan.

Pesta anak pasti akan cepat berlalu, demikian juga masa kanak-kanak seorang anak. Jasi sebaiknya abadikan peristiwa ini dengan foto maupun video.

Related Posts:

5 Kejahilan Anak yang Berbahaya

Hal yang wajar saka jikalau anak suka jahil dan iseng. Mungkin mereka tidak bermaksud apa-apa. Namun entah disadari ataupun tidak, perilaku anak ini bisa mengganggu dan merugikan orang lain.

Anak-anak ini rupanya belum memahami benar akan apa yang dilakukannya dengan menjahili teman, kakak atau bahkan orangtuanya sendiri.

Akibatnya bisa parah lho...
Banyak kasus yang terjadi, dimana seorang anak yang sekarang hanya duduk lemas terkulai dengan penyangga kayu. Karena sebagian tubuhnya lumpuh akibat jatuh terduduk.


Kondisi ini diduga akibat kejahilan temannya yang menarik kursi duduknya sebelum dia duduk. Tulang belakang dan kepalanya menghantam lantai sehingga ia cedera cukup parah.

Jamannya serba modern,mungkin saja mereka ikut-ikutan meniru acara lawak yang ada di televisi, ya siapa yang tahu. Dari itu sudah seharusnya, orang tua dan guru selalu mengawasi.

Ini ada beberapa kejahilan yang biasa dilakukan oleh anak-anak dan ternyata sangat berbahaya jika dilakukan.

5 Kejahilan Anak yang Berbahaya


1. Menjegal kaki.

Selain berbahaya untuk dirinya sendiri, juga berbahay untuk orang lain. Misalnya anak yang lewat dijegal, tapi malah pergelangan kakinya yang terinjak.





2. Melompati meja.

3. Menarik kunciran rambut.

Kejahilan ini sering dilakukan oleh anak laki-laki. Bila dilakukan mendadak dan cepat, bisa berakibat fatal, bisa mencederai sumsung tulang belakang leher.

4. Mengunci teman di kamar mandi.

Anak bisa terpeleset dan dari sisi psikologis, anak bisa menjadi trauma ringan maupun berat.

5. Menakuti dengan hewan.

Misal dengan ulat, kecoa dan tikus. Anak bisa menjerit histeris, anak bisa trauma karena mengalami

Related Posts:

4 Kemampuan Bisa Diperoleh Lewat Permainan ini

Karena begitu pesatnya perkembangan era digital, membuat tak sedikit anak yang sudah memegang gadget. Kebanyakan mereka menggunakan gadget tersebut untuk bermain game atau menonton video.

Padahal sebenarnya, namanya anak-anask itu perlu menghabiskan sebagian besar waktunya dengan orangtua, teman-teman atau lingkungan sekitarnya.

Nah, mungkin kini sudah saatnya para orangtua memperkenalkan kepada anak dengan permainan tempo dulu yang tak kalah mengasyikkannya serta sudah dikemas secara modern.

Memang tak salah juga jikalau anak-anak bermain game. Dengan gadget mereka bisa bermain game digital dan sebagainya. Namun, semua itu harus bisa diimbangi dengan real life game.

Sudah sepantasnya, orangtua memberikan aturan yang jelas kepada anak-anak mereka, kapan saatnya bermain real life game dan kapan boleh bermain game digital.


Kenapa bisa begitu?
Karena kalau anak diperkenalkan terlebih dahulu dengan permainan digital, ia akan bisa menjadi ketagihan karena. Sehingga permainan real menjadi kurang diminati.

Ini ada sebuah permainan yang berdasarkan penelitian, mampu meningkatkan kecerdasan anak secara perlahan-laha. Permain tersebut adalah Board Game atau Papan Permainan.





Dengan melalui permainan ini, kemampuan anak bisa dikembangkan atau didapat anak saat melakukan papan permainan. Kemampuan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kemampuan berpikir dan kecerdasan.

Bisa didapat dari kemampuan anak menyusun strategi. Misalnya saja jika anak bermain catur, anak akan belajar untuk mengarahkan permainan dan berpikir apa yang akan terjadi.

2. Kemampuan motorik.

Dengan papan permainan, anak-anak sudah belajar bagaimana memegang yang baik, sehingga nantinya juga akan melatih anak dalam memegang pensil atau pensil warna.


3. Kemampuan sosial.

Melalui papan permainan, anak jadi bisa belajar beradaptasi dengan lingkungan dan teman baru. Apalagi papan permainan ini dimainkan dengan melibatkan orang lain.

Anak akan belajar berkomunikasi yang baik, serta melatih sportivitas dalam konsep menang kalah. Konsep ini dilatih sejak dini agar ketika dewasa, dia tidak takut dalam menghadapi hasil yang dicapai.

4. Kemampuan emosi.

Papan permainan ini dimainkan secara bergiliran. Dengan begitu, anak akan belajar untuk menunggu giliran dan melatih kesabaran. Anak juga bisa belajar mengungkapkan emosinya dengan tepat.

Related Posts:

Ini Ciri-Ciri Anak Korban Bullying

Ketika anak menjadi korban bullying, maka sebaiknya segera ambil langkah penanganan. Step awal, biarkan saja anak menceritakan apa yang dialaminya. Kemudian orantua barulah mengambil tindakan. Anak-anak korban bullying perlu mendapatkan treatment peningkatan kepercayaan diri.

Seperti kita ketahui bahwa bullying ini memiliki dampak yang sangat buruk. Bahkan bisa menjadi seumur hidupnya. Makanya, anak korban bullying sangat perlu mendapatkan penanganan tepat agar tidak mempengaruhi pertumbuhan mentalnya.


Memori anak akan merekam perlakuan bullying. Anak tersebut kelak akan memiliki sikap penakut untuk mencoba hal-hal yang baru. Atau bisa jadi akan mudah menyerah ketika mengalami kegagalan.

Ciri Korban Bullying


Tanda-tanda anak jadi korban bullying tidak cukup sulit untuk dipahami. Dalam kasus korban bullying verbal misalnya, korban akan terlihat gugup dan penakut.

Biasanya anak jadi suka main sendiri. Kalau disuruh apa-apa mudah gugup. Anak korban bullying gejala umumnya biasanya akan menunjukkan sikap introvet.


Dia akan kehilangan keceriaan dan bersikap impresif. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu, juga akan berpengaruh terhadap kemampuan kognitifnya.

Misalnya saja nilai sekolah anak menjadi rendah. Padahal ketika di rumah biasanya sudah belajar dengan baik.

Related Posts:

6 Permainan Air yang Bisa Asah Kecerdasan Anak

Biasanya ketika anak sedang bermain air entah itu sedang mandi maupun hujan-hujanan, orangtua selalu menegur agar tidak terlalu lama-lama berkecimpung denga air.

Tak sedikit pulang orangtua yang melarang putra-putrinya ketika bermain air. Takutnya nanti si anak menjadi basah atau nanti sakit, seringkali dijadikan alasan.

Padahal, nyatanya bermain air itu bisa dijadikan sarana belajar bagi anak-anak. Tentu saja dengan aturan-aturn tertentu serta rambu-rambu tertentu.


Bermain air sangatlah seru dan menyenangkan. Namun jangan Anda kehilangan kesempatan emas untuk menyampaikan pengetahuan yang bisa memupuk kecerdasan anak.

Jadi, pilihlah permainan air yang juga bisa mengasah kecerdasan buah hati. Apa saja permainan air yang bisa membantu buah hati semakin cerdas? Berikut enam permainan air yang sangat cocok untuk anak-anak.





6 Permainan Air yang Bisa Asah Kecerdasan Anak


1. Mengenal benda tenggelam dan terapung.

Dengan cara berlomba melemparkan berbagai macam benda ke dalam air dan kemudian mintalah kepada anak untuk menunjuk benda mana saja yang bisa terapung dan tenggelam.

2. Mengisi berbagai wadah.

Seperti mengisi air ke dalam botol, toples, mangkuk dan sebagainya sambil mintalah kepada anak untuk menghitung, engenal sifat-sifat air dan sebagainya.

3. Menyiram bunga.

Ini mengajarkan bahwa tanaman membutuhkan air agar bisa tumbuh dengan subur.

4. Mencuci sepeda.

Sangat menyenangkan bisa berbasah-basahan sambil mempekenalkan bagian-bagian sepeda.

5. Hujan-hujanan.

Biar aman, caranya cukup gunakan payung atau jas hujan dan lihat dan rasakan betapa bahagianya si kecil ketika air menetes di payung. Anda bisa memperkenalkan konsep hujan serta manfaatnya.

6. Menutup dan mematikan kran.

Ini cara ampuh agar anak lebih mengenal manfaat air sesuai dengan kebutuhan.

Related Posts:

Kenali 4 Ciri-Ciri Anak Hebat

Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang hebat, pintar serta cerdas.

Namun apakah ciri-ciri dan tanda kalau anak kita tersebut ?

Apakah anak yang pintar ?

Apakah anak yang memiliki IQ tinggi ?

Atau anak yang serba bisa ?

Anak yang hebat pasti sangat disukai oleh semua orang, teman, orang dewasa pun juga kenal dekat.

Mari kita bahas dan mengenali tanda anak hebat yuk. Silahkan lihat penjelasan di bawah ini.

Sebenarnya, yang bisa dinamakan kategori anak hebat tersebut memiliki empat ciri dan salah satunya tentu saja dia harus sehat fisiknya, tidak sakit-sakitan.

Bisa dibilang, bagaimana mungkin seorang anak akan bisa hebat kalau dia sering sakit? Pasti tidak kan? Kalau mereka sakit, mana bisa juga mereka berekspresi untuk menunjukkan kehebatannya.


1. Sehat fisik.

Jadi yang pertama kali dilihat adalah kondisi fisiknya. Kondisi fisik yang sehat tentu akan membantu mendukung perkembangan seorang anak.

Dengan perkembangan kesehatan yang optimal, akan memudahkan mereka untuk proses belajar dan beradaptasi dengan lingkungannya. Sehingga mereka dapat cepat tanggap, memiliki rasa peduli, serta rasa kasih sayang.

2. Cerdas intelektual.

Sehat fisik saja belum bisa dikatakan anak hebat. Harus disertai adanya kecerdasan secara intelektual. Maksudnya adalah bahwa anak hebat tak perlu atau dibuktikan dengan IQ tinggi.

Karena dalam usianya, anak mempunyai kemampuan yang bertahap. Misalnya saja anak umur 3-4 tahun, yang cerdas intelektual akan terlihat dari keaktifannya, bukan hiperaktif.

Kemudian mereka seakan intens pada hal-hal yang sulit, memiliki daya ingat yang kuat, kosakata tinggi, memperhatikan detail, tertarik akan banyak hal, suka berimajinasi, membaca lebih awal dan mempunyai bakat seni.





3. Memiliki jiwa sosial.

Kalau memiliki anak yang hebat, belum cukup dia sehat fisik serta memiliki intelektual tinggi. Namun dia juga harus memiliki jiwa sosial dan kepekaan terhadap lingkungan di sekitarnya.

Hal ini bisa dilatih oleh orangtua terutama ibu. Ibu adalah sosok pengajar pertama dalam proses tumbuh kembang anak.

Empati adalah pintu gerbang dari aksi peduli kepada orang lain termasuk nilai kebaikan yang dimiliki anak. Oleh karena itu, dasar pendidikan moral dengan berempati harus dimulai sejak didi.

Karena tumbuh dan berkembangnya empati anak sejak dini akan berpengaruh pada perkembangan watak atau kepribadian serta perilaku anak saat dewasa nanti.

4. Cerdas mengendalikan emosi.

Selain ketiha hal di atas, membangun kecerdasan sosial anak menjadi sangat penting untuk bekalnya sebagai anak hebat.

Cerdasa sacara emosi maksudnya anak mampu mengendalikan diri dari emosi negatifnya, mampu mengendalikan emosi ke "akuannya" serta mampu merespon secara emosional kepada orang lain.

Seorang anak bisa dikatakan hebat jika memenuhi kriteria empat di atas, bukan hanya salah satunya saja.

Related Posts:

Perbedaan Antara Bakat dan Minat Anak

Beberapa ahli mengatakan bahwa setiap anak normal memiliki jumlah sel otak yang sama pada saat lahir. Sehingga masing-masing anak memiliki peluang yang sama untuk mengembangkan seoptimal mungkin.

Perkembangan dan pertumbuhan seorang anak ditentukan oleh nature (bawaan) dan nurture (lingkungan). Dengan demikian, bakat yang sudah ada pada diri anak tidak bisa terlihat sama sekali jika tak disertai stimulasi dari lingkungan.

Misalnya dukungan dan motovasi dari orangtua, kesediaan orangtua untuk mengajari anak, serta kemampuan orangtua untuk menfasilitasi berbagai hal yang diperlukan dalam mengembangkan bakat seorang anak.


Lalu apa perbedaan antara bakat dan minat anak?

Bakat merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang dan merupakan bawaan sejak lahir. Bakat yang dimiliki memungkinkan seseorang untuk mempelajari pengetahuan maupun ketrampilan.





Bahkan dengan bakat ini, seseorang bisa mencapai prestasi yang hebat dalam bidang tertentu.

Pada sisi lain, minat merupakan ketertarikan atau keinginan seseorang untuk mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang suatu pengetahuan atau ketrampilan tertentu.

Sebagai orangtua, akan lebih mudah mengarahkan anak melalui kegiatan yang diminati atau disukainya. Tak sedikit juga orangtua yang ingin mendaftarkan anaknya yang masih kecil untuk mengikuti tes psikologi yang bertujuan untuk mengetahui minat dan bakat anak.

Sebaiknya,rangtua perlu segera membimbing putra-putrinya untuk menyusun prioritas kegiatan sejak dini yang mengarah kepada pengembanngan bakat anak.

Related Posts:

10 Kalimat Negatif yang Merusak Mental Anak

Hati-hatilah mengucapkan perkataan-perkataan yang kurang mengenakan ataupun perkataan negatif di bawah ini karena akibatnya di kemudian hari bisa membuat anak trauma dan mempengaruhi mental mereka. Pada dasarnya, kata negatif ataupun kalimat yang disampaikan dengan cara negatif berupa teriakan, bentakan disertai ekspresi negatif bisa bedampak juga pada psikologi anak tersebut.

Apalagi anak yang sudah mampu mengenali ekspresi wajah bahkan sebelum mereka mampu berkomunikasi. Artinya bahwa perkataan negatif yang disampaikan ke anak sejak masih bayi pun mampu memberikan dampak psikologis tertentu kepada anak.


Yang membedakannya dengan anak yang lebih besar adalah anak-anak dengan usia 2 tahun ke atas sudah mampu merespon balik ucapan orangtua. Sementara itu pada saat masih bayi tidak demikian.

Jadi, pada saat orangtua berteriak kepada anak yang lebih besar, si anak mungkin saja bisa membalas teriakan tersebut. Hal itu tergantung dari watak dan didikan sejak dini.

Ada banyak faktor yang bisa memicu kenapa orantua mengucapkan kalimat negatif kepada anak. Mulai dari kebiasaan orangtua sendiri yang sering melontarkan kata-kata kasar hingga faktor emosional.





Adapun untuk anak-anak usia dini, kebanyakan orangtua 'kelepasan' mengucapkan kata-kata kasar lebih disebabkan karena beban emosional semisal kelelahan atau sedang menghadapi permasalahan tertentu.

Berikut ini ada sepuluh kata-kata negatif yang sering diucapkan oleh orangtua di Indonesia yang mampu mempengaruhi mental mereka nanti.

1. Aduh, masa anak Mama lambat seperti ini, sih.

Ketika mendengar perkataan ini, tentu saja anak akan merasa sangat sedih sekalipun ungkapan kesedihan tidak langsung ditampilkan atau tampak pada anak.

2. Malu donk, Wawan saja berani. Masa kamu kagak?

Terus menerus dibandingkan dengan anak lain, dia akan merasa sedih dan jengkel. Bahkan kita pun yang sudah dewasa jika diperlakukan demikian juga akan merasa sama.


3. Kamu ini anak siapa sih? Mama nggak punya anak seperti ini.

Perkataan seperti ini juga akan melukai hati anak. Apalagi jika sudah menyangkut tentang pengakuan sebagai orangtua anak. Anak akan merasa dirinya sudah tidak lagi disayang sama orangtuanya.

4. Kamu tuh ya, selalu nggak pernah dengerin omongan Mama dan Papa.

Ucapan seperti ini efeknya lebih mirip seperti efek memberikan larangan kepada anak. Akibatnya, anak akan menjadi ragu untuk melakukan sesuatu karena merasa setiap perilakunya selalu dikritik orangtua.

5. Dasar anak bandel...!

Label negatif lagi dan kalau terus menerus seperti ini, bisa-bisa anak akan berpikir memang seperti yang disebutkan oleh orangtuanya tadi. Bisa jadi berperilaku sesuai dengan label yang diberikan.

6. Kamu kok jorok sih seperti ayah.

Jangan sampai anak Anda berpikir dan berperilaku seperti yang diucapkan oleh salah satu orangtuanya.

7. Kamu diam saja di rumah. Tidak usah ikut.

Membuat anak merasa dirinya seperti ditolak dan tidak disayang serta bisa menumbuhkan rasa takut dalam diri anak.


8. Bukan begitu caranya, sini biar ibu saja yang mengerjakan. Begitu saja kok tidak bisa.

Ini yang mana orangtua terlalu ikut campur atau melakukan intervensi atas hal yang dilakukan oleh anak, sehingga bisa mengambat rasa poercaya diri anak.

9. Jangan cengeng, jangan manja, kamu kan sudah besar.

Jangan salah, perilaku anak yang menangis merupakan ekspresi dari kekecewaan dan merupakan salah satu cara anak untuk mengungkapkan bentuk rasa kecewanya.

10. Kamu bicara apa sih? Mama tidak ngerti. Sudah diam saja.

Duh, ucapan yang kayak gini bisa membuat anak merasa ditolak dan tidak dihargai sekaligus juga dapat menghambat rasa percaya diri anak.

Dalam diri anak akan timbul rasa takut karena karena sering dibentak dan diprotes atas perilaku tertentu yang ia kerjakan. Anak juga dapat menarik diri untuk menghindari situasi dimana ia bisa kembali diprotes lagi nantinya.

Sebagai orangtua, sebisa mungkin bisa mengontrol emosinya agar bisa menghindari perkataan negatif yang secara tak sadar sering keceplosan atau kelepasan kata-kata negatif.

Related Posts:

Apa Pengaruh IQ Dengan Bakat Anak

Masih ingatkah kalian dengan nama Joey Alexander, seorang pianis cilik yang baru berusia 12 tahun asal dari Indonesia yang telah berhasil masuk nominasi Grammy Awards.

Aksinya mampu menghipnotis dan memukau banyak orang di seluruh dunia. Tak heran, bakatnya sangat menjadikan inspirasi oleh semua orang yang memiliki putra dan putri.


Pada dasarnyaQ pada seseorang terletak pada kecepatannya dalam menyerap informasi maupun pengetahuan yang ada di sekitarnya. Serta kemampuan untuk mencari alternatif solusi terhadap masalah yang dihadapi sehari-hari.

Nah, untuk mengetahui tinggi rendahnya IQ seseorang maka perlu dilakukan tes IQ untuk mengukur intelektual yang berorientasi kepada penalaran akademis.




Sedangkan bakat bisa lebih luas seperti multiple intelligence.

Semakin tinggi skor IQ yang diperoleh, maka hal ini akan menggambarkan kecenderungan anak untuk mudah menyerap informasi maupun pengetahuan yang diberikan kepadanya. Namun dengan stimulasi yang tepat.

Oleh karena itu, tak mengherankan dan tidak memungkinkan jika anak dengan IQ yang lebih rendah pun dapat berlatih bakat tertentu sampai optimal.

Related Posts:

6 Cara Bijak Menjelaskan Pemberitaan Negatif

Beberapa saat yang lalu pasti semua pernah mendengar, membaca berita tentang pengeboman di salah satu hotel di Jakarta. Penggeboman di Sarinah tersebut telah masuk layar kaca dan menjadi top di pemberitaan.

Hampir semua stasiun televisi berlomba-lomba menampilkan update terbaru mengenai pengeboman tersebut. Tak heran jika si kecil bertanya kepada orang dewasa mengenai hal-hal yang tidak dimengertinya.

Misalnya saja, buah hati bertanya,
"Teroris itu apa Ma?" , "Kalau teror itu apa, Ma?", dan sebagainya.

Nah, lalu apa sebaiknya orangtua bersikap tentang hal negatif ini?

Namanya anak-anak, pastinya tak bisa terhindarkan dari ekspos gambar-gambar korban yang cukup mengerikan, baik melalui televisi,media cetak maupun internet.


Nah, yang bisa dilakukan orangtua adalah mencegah kemungkinan dampak berkepanjangan pada anak. Memberikan informasi yang tepat, jelas dan bisa dipahami oleh anak sangatlah penting. Namun, tetap dalam batas pola pemikiran anak, tanpa harus berbohong.

Untuk menjelaskan peristiwa traumatik kepada anak-anak, langkah awal adalah dengan mengajukan pertanyaan atau yang sering disebut dengan one level down yang artinya menempatkan anak jadi narasumber.





Tanyakan apa yang anak ketahui tentang peristiwa tersebut, sejauh mana pemahamannya, dan dari mana ia mendapatkan informasi tersebut. Nah dari informasi tersebut, bisa dijadikan tolak ukur orangtua dalam menjelaskan kepada si kecil. Dan tentunya disesuaikan dengan usia dan informasi yang didapat si kecil.

6 Cara Bijak Menjelaskan Pemberitaan Negatif


Berikut ini cara bijak menjelaskan pemberitaan negatif kepada Anak.

1. Ajukan pertanyaan.

Anak dijadikan nara sumber.

2. Batasi dari paparan kekerasan lebih lanjut.

Ini baik di media televisi, cetak dan sebagainya.


3. Ceritakan dengan sederhana apa yang terjadi.

Tak perlu menjelaskan secara rumit kepada anak.

4. Dengarkan pendapat anak.

Jangan membantah pendapatnya.

5. Ekstra kasih sayang.

Ini terutama anak yang mengalami langsung.

6. Fokus pada aktivitas dan rutinitas anak.

Setelah mengalami situasi yang sulit, sebaiknya orantua segera mengembalikan rutinitas dan aktivitasnya. Misalnya tetap sekolah, bermain, les, dan sebagainya. Rutinitas memiliki efek luar biasa pada anak, jadi secara tidak langsung mampu mengembangkan harapan akan hari esok.

Related Posts:

Cara Melatih Keseimbangan Otak Kiri dan Kanan Anak

Sebagai orangtua, pastinya sangat menginginkan anaknya cerdas, berbakti kepada orangtua serta agama. Tak jarang, orangtua mengikutkan berbagai macam LES di luar sekolah.

Tujuannya supaya buah hatinya nanti bisa menjadi anak yang lebih cerdas.


Dengan cara menjaga keseimbangan antara otak kiri dan kanan, kapasitas anak menjadi lebih optimal. Namun sayangnya, banyak orangtua yang kurang peduli bahkan mengabaikan keseimbangan otak kanan dan kiri si anak.

Langkah apa yang dianggap perlu untuk menyeimbangkan otak kiri dan kanan anak?
Otak kiri berfungsi untuk berpikir secara logis, sedangkan otak kanan adalah untuk emosi dan kreativitas.




Dengan demikian, anakdapat meminimalisir konflik dan perasaan negatif sekaligus mengembangkan kreativitas yang akan mendukung kapasitas dalam analisa berpikirnya.

Para ahli banyak yang mengatakan bahwa otak kiri sebagai pengendali IQ (Intelligence Quotient). Sementara itu, otak kanan memegang peranan penting bagi perkembangan EQ (Emotional Quotient) seseorang.


Jika dilihat dari fungsinya nmasing-masing, semuanya sangat berperan dalam kehidupan manusia.

Artinya adalah anak akan menjadi miskin kreativitas bila ia lebih banyak dirangsang menggunakan belahan otak kirinya. Sebaliknya, jika fungsi belahan otak kananya lebih kerap digunakan, nantinya anak malah lambat dalam berpikir logis dan tidak mampu menganalis sesuatu dan sebagainya.

Salah satu cara mudah untuk menyeimbangkan antara otak kiri dan kanan adalah dengan melakukan kegiatan berkesenian seperti menggambar, bernyanyi dan menari.


Semua itu bermanfaat untuk keseimbangan psikologis.

Apabila hanya difokuskan pada otak kiri saja, maka perkembangan psikologis akan terganggu. Anak menjadi kurang hangat, kurang kreatif, sulit berempati dan secara umum kecerdasan emosi juga menjadi rendah.

Related Posts:

5 Cara Agar Anak Tidak Selalu Mengalah

Memang bukan hal yang mudah untuk menyuruh si kecil mengalah kepada adik, kakak, teman, atau orang yang lainnya. Hal tersebut terkadang malah bisa membuat anak ngambek.

Bukan saja ngambek, malah ada yang menangis bahkan hingga marah. Ketika ngambek, anak bisa mengurung diri di kamar, bisa juga kabur dari rumah ke kebun.

Untuk mengajarkan si kecil mau mengalah adalah hal yang baik. Tapi bagaimana jika si kecil justru selalu mengalah terhadap teman-temannya.

Bahkan seolah-olah si kecil seperti anak yang "Tertindas", terus saja mengalah. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh orangtua. Lalu bagaimana agar anak tidak melulu mengalah?

Berikut penjelasannya.


1. Bangun rasa percaya diri.

Seringkali anak selalu mengalah terhadap anak lain karena ia tidak berani menampilkan dirinya sendiri, apalagi melawan orang lain yang dirasakan mengganggunya.

Untuk itu, bantu anak membangun rasa percaya dirinya. Jelaskan bahwa ia mempunyai kemampuan sama seperti teman-teman bermain di lingkungannya.

2. Beri kesempatan bersosialisasi.

Adakalanya anak kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi sosial dengan anak sebays di lingkungannya. Si kecil jadi kurang pergaulan, pemalu dan kurang percaya diri untuk berinteraksi.

Ajak anak berinteraksi dengann anak sebayanya.





3. Latih berkata "tidak".

Anak juga perlu dilatih berani berkata "tidak" terhadap hal-hal yang dirasakannya tidak sesuai dengan nilai, keyakinan dan harga dirinya.

Jelaskan pada si kecil bila ia merasa keberatan atau tidak nyaman terhadap sesuatu yang diminta orang lain.

4. Ajarkan waktu yang tepat.

Jelaskan kepada anak kapan saatnya anak bisa atau harus mengalah kepada temannya, dan kapan ia harus berkata "tidak". Terutama bila si teman punya tujuan yang kurang baik.

Misalnya, sang teman ingin menguasai anak atau melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya bullying.

5. Komunikasi hangat dan terbuka.

Untuk mengembangkan ketrampilan sikap asertif anak, orang tua perlu mendukung dengan memberi pola asuh dan komunikasi hangat dan terbuka.

Pola asuh yang tidak baik akan menumbuhkan sikap ragu, kurang berani, mudah cemas dan selalu mengikuti apa yang diinginkan orang lain tanpa berani menyatakan pendapatnya.

Related Posts:

Cegah Radikalisme pada Anak

Beberapa waktu yang lalu di Jakarta terjadi teror bom di sebuah hotel. Tak pelak, mau tidak mau, orangtua pasti dihadapkan pada pertanyaan buah hati mengenai kejadian tersebut.

Buah hati mengetahuinya melalui koran, berita di televisi dan sebagainya. Mereka melihat dan mengamati sambil bertanya-tanya dalam hai, apa yang dimaksud dengan reror, terorisme itu ya.

Dari sinilah peran orangtua sangat diperlukan agar anak menjadi paham apa yang dimaksud tersebut. Bagimanakah cara mencegah anak terhadap radikalisme ini?

Cegah Radikalisme pada Anak


Selain menjelaskan tentang peristiwa dan aksi teror kepada anak dengan bijk, hal yang tak kalah pentingnya adalah menanamkan sikap toleransi dan keberagaman kepada anak.

Sehingga ketika buah hati Anda tumbuh dewasa kelak, dia tidak akan mudah terpapar akan paham-paham radikalisme yang mana radikalisme ini adalah akar dari aksi terorisme.
Hal ini penting sekali diterapkan karena kelak, anak-anak akan berinteraksi dengan manusia lain dari berbagai macam kelompok dengan macam-macam ras.

Misal saja ketika anak menertawakan orang yang berkulit gelap, botak, atau keriting. Maka tunjukkan bahwa banyak pahlawan, atlet, presiden yang juga berkulit gelap, berambut keriting dan sebagainya.

Katakan kepada anak bahwa setiap orang memiliki kelebihan tanpa melihat latar belakang fisik, ras, agama dan sebagainya.

Nah, untuk menghindari efek buruk lingkungan dan yang tidak patut lainnya, terutama pada saat remaja, harus terbangun kepercayaan antara orangtua dan anak.

Ketika kepercayaan sudah terbentuk, maka apapun yang didapatkan anak dari lingkungan akan dia sampaikan kepada orangtua mereka.




Untuk membangun kepercayaan dan mencegah radikalisme kepada anak, bisa dirumuskan dengan singkatan "DHA", yang artinya adalah sebagai berikut:

1. D = Disiplin.

Ini sangatlah penting dan jangan sampai seperti robot.

2. H = Hangat.

Diibaratkan oksigen untuk anak berkembang dengan baik.

3. A = Aktivitas.

Ada aktivitas bersama antara anak dan orangtua.

Related Posts:

Laki-laki Kok Cengeng, Sebaiknya Bagaimana?

Anak adalah pemberian yang sangat luar biasa berharganya bagi kedua orang tuanya. Tak peduli apakah laki-laki ataukah perempuan yang hadir menemani kita.

Khusus untuk anak laki-laki, terkadang orang tua selalu menanamkan tidak boleh cengeng apalagi sampai menangis. Hal tersebut wajar, karena kelak dia akan jadi pemimpin keluarga.

Sering kita mendengar "Jagoan tak boleh menangis!"

Istilah ini lumrah dan wajar kita dengar. Anak laki-laki dituntut kuat serta dilarang untuk meneteskan air mata. Rasanya agak aneh kalau ada laki-laki yang cengeng.

Namun sebenarnya laki-laki sama dengan perempuan yang boleh saja menangis untuk menunjukkan ekspresi tulusnya tersebut. Akan tetapi, masalah sterotip bahwa hanya pria lemah yang menangis menyeruak lebih kuat dalam budaya timur semacam Indonesia.





Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua perlu mengambil tindakan yang dianggap perlu agar anak laki-lakinya tidak lagi lemah terutama di hadapan wanita sebayanya.

Berikut ini yang harus dilakukan oleh orangtua.

1. Berikan anak kepercayaan sejak kecil untuk bisa melakukan berbagai hal sendiri.

Dan tentunya hal-hal yang tidak bertentangan dengan norma-norma. Hal ini sangatlah efektif untuk melatih anak menjadi pribadi yang lebih tangguh dan mandiri.

2. Hindari terlalu banyak memberikan proteksi kepada anak.

Berilah kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu.
3. Hindari memanjakan anak secara berlebihan.

Tak lupa jangan memberikan apapu keinginan anak secara mudah.

4. Cobalah abaikan tangisan anak terlebih dahulu.

Tangisan adalah senjata terampuh buat anak. Cobalah sesekali abaikan tangisan anak. Saat melarang anak, bukan hanya sekedar instruksi, tapi berikan penjelasan yang relevan.

Related Posts:

Ini Cara Agar Anak Semangat Ikut Les

Orangtua mana yang tak akan bahagia kalau anaknya pandai serta berprestasi, tak hanya di akademis saja melainkan juga berprestasi di non akademis juga.

Maka tak heran sama sekali kalau orangtua kemudian memasukkan putra-putrinya ke berbagai macam les dan kursus selepas pilang dari sekolahnya.

Sebenarnya boleh-boleh saja, asalkan les tersebut disesuaikan dengan kepribadian, minat dan bakat anak agar nanti bisa diperoleh hasil yang maksimal.

Lalu bagaimana cara terbaik agar anak semakin giat untuk mengikuti les ?

Ini Cara Agar Anak Semangat Ikut Les


1. Diskusi dengan anak.

Tanyakan kepada anak, apakah dia benar-benar siap untuk mengikuti les. Karena les bisa mengurangi jadwal tersendiri yang mengurangi jatah bermainnya.


2. Ajaklah anak menuju tempat les.

Ketika mendaftar kursus, ajaklah anak menuju tempat les. Tanyakan serta pastikan apakah dia nyaman dengan lingkungan kursusnya dan teman-temannya apakah baik misalnya. Pastikan ia mengikuti kursus dengan tidak terpaksa.

3. Lihat lokasi kursus.

Apakah lokasinya jauh ataukah dekat dengan rumah. Kalau jauh,sudah pantas ongkos menjadi salah satu pertimbangan. Jangan sampai sampai di tempat kursus anak menjadi kelelahan sehingga bisa mengurangi konsentrasi anak dalam menerima pelajaran.




Sedangkan kalau tempatnya dekat, maka anak bisa berangkat sendiri dari rumah dengan menggunakan sepeda pancal misalnya. Selain mendapatkan skill, anak juga terlatih dengan kemandiriannya.

4. Perhatikan kualitas kursus.

Pastikan bahwa tempat kursus tersebut memang memiliki kualitas yang baik. Ini bisa terbukti bagaimana pengajar memberikan motivasi dan memberikan materi kepada anak diiknya.

Related Posts:

Makna yang Tersirat Dibalik Bahasa Tubuh Anak

Tubuh adalah bagian yang sangat penting juga bagi manusia. Kalau diperhatikan, tubuh juga memiliki berbagai macam arti dalam setiap gerakannya.

Dan bahasa tubuh adalah bahasa yang ditunjukkan oleh gerakan tubuh seperti tatapan mata, ekspresi wajah, sentuhan, yang terjadi secara spontan dalam upaya mengekspresikan perasaan serta keinginan yang tersembunyi di dalam hati.


Tak hanya orang dewasa saja, anak-anak pun juga memiliki bahasa tubuh. Apalagi perkembangan bahasa anak-anak masih sangat terbatas sehingga terkadang mereka lebih banyak menggunakan bahasa tubuhnya.

Yang namanya anak-anak, terkadang tidak mau mengungkapkan kemauan dan perasaannya melalui kata-kata, tetapi lewat bahasa tubuh mereka.

Untuk itulah kenapa orangtua perlu sekali memahami bahasa tubuh yang digunakan anak. Lalu seperti apa mengartikan bahasa tubuh anak-anak ini.

Berikut ini makna yang tersirat dibalik bahasa tubuh anak





1. Bahasa tubuh anak : Kaki anak.

- Kaki bergerak dari depan ke belakang.
Artinya anak sedang memikirkan sesuatu.

- Berdiri tegak.
Artinya anak sangar percaya diri.

- Bergerak ke depan.
Artinya anak sedang bersemangat.

- Menempel terus dengan tubuh seseorang.
Artinya anak sedang butuh berdekatan.


2. Bahasa tubuh : pernapasan anak.

  • Irama pernafasan berubah, ini akibat kondisi emosional.
  • Nafas yang pendek-pendek dapat disebabkan oleh rasa gugup.
  • Nafas yang perlahan menandakan anak sedang rileks.

3. Bahasa tubuh anak : Jarak.

Ketika suasana hati sedang buruk, menyebabkan terciptanya jarak antara orangtua dan anak. Ia enggan berpelukan atau lari menjauh ketika didekati.

Dan sebaliknya, ia akan berpelukan dengan Anda jika merasa takut. Pun kalau hatinya sedang gembira, ia akan berlari, menghambur ke pelukan Anda.

Related Posts:

Label