Kekerasan verbal pada anak tidak hanya terjadi dari sisi orang tua saja, akan tetapi juga dari lingkungan si anak, misal keluarga, saudara serta dari sekolahnya.
Ketika anak berada di sekolahnya, bisa saja tanpa disadari mendapatkan kekerasan verbal dari guru atau teman-temannya. Misalnya saja guru berkata,
"Kamu kayaknya tidak berbakat bermain alat musik."
Mungkin maksud gurunya adalah memberitahukan bahwa sebenarnya bakat anak bukan di alat musik. Namun, bagi anak yang menerima ucapan "tidak berbakat", akan menjadi lebih berbeda penilaiannya.
Anak Sedang Belajar Berjalan
Muli dari anak merangkak, berdiri dan berjalan satu langkah, jika keluarganya mendukung dengan berkata,
"Ayo Nak, bagus sekali, kamu bisa!" , maka anak akan menjadi termotivasi dengan kata "kamu bisa". Membuat anak merasa percaya diri bahwa dirinya bisa.
Lain halnya kalau orang tua berkata,
"Cepetan dong, masa gitu aja gak bisa!". Perkataan semacam ini bisa membuat anak yang sedang belajar berjalan jadi gemetar dan takut.
Sehingga anak tidak bisa meregulasi dirinya atau mengontrol dirinya untuk melangkah lebih baik lagi.
Anak Menumpahkan Air Minum
Seorang ibu akan menegur anaknya dengan kalimat,
"Adi sayang, kok airnya ditumpahin sih?"
Kata sayang disini memiliki arti yang rancu, karena pada saat ibu memeluk dan mencium anak, seringkali juga menyebut kata "sayang". Ini merupakan teguran yang salah.
Sedangkan teguran yang bisa menimbulkan kekerasan verbal atau kasar adalah,
"Gimana sih, gitu aja ditumpahin, dasar anak nakal!"
Kalimat tersebut ada kata kasar berupa "dasar anak nakl". Ini pun merupakan teguran yang salah.
Yang benar dan sebaiknya dikatakan kepada anak adalah,
"Adik, itu airnya tumpah. Nanti kalau terinjak bisa terpeleset."
Dengan demikian, ibu berarti memberitahu kondisi bahaya yang mungkin bisa terjadi jika air tumpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar