5 Cara Agar Anak Tidak Selalu Mengalah

Memang bukan hal yang mudah untuk menyuruh si kecil mengalah kepada adik, kakak, teman, atau orang yang lainnya. Hal tersebut terkadang malah bisa membuat anak ngambek.

Bukan saja ngambek, malah ada yang menangis bahkan hingga marah. Ketika ngambek, anak bisa mengurung diri di kamar, bisa juga kabur dari rumah ke kebun.

Untuk mengajarkan si kecil mau mengalah adalah hal yang baik. Tapi bagaimana jika si kecil justru selalu mengalah terhadap teman-temannya.

Bahkan seolah-olah si kecil seperti anak yang "Tertindas", terus saja mengalah. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh orangtua. Lalu bagaimana agar anak tidak melulu mengalah?

Berikut penjelasannya.


1. Bangun rasa percaya diri.

Seringkali anak selalu mengalah terhadap anak lain karena ia tidak berani menampilkan dirinya sendiri, apalagi melawan orang lain yang dirasakan mengganggunya.

Untuk itu, bantu anak membangun rasa percaya dirinya. Jelaskan bahwa ia mempunyai kemampuan sama seperti teman-teman bermain di lingkungannya.

2. Beri kesempatan bersosialisasi.

Adakalanya anak kurang mendapatkan kesempatan berinteraksi sosial dengan anak sebays di lingkungannya. Si kecil jadi kurang pergaulan, pemalu dan kurang percaya diri untuk berinteraksi.

Ajak anak berinteraksi dengann anak sebayanya.





3. Latih berkata "tidak".

Anak juga perlu dilatih berani berkata "tidak" terhadap hal-hal yang dirasakannya tidak sesuai dengan nilai, keyakinan dan harga dirinya.

Jelaskan pada si kecil bila ia merasa keberatan atau tidak nyaman terhadap sesuatu yang diminta orang lain.

4. Ajarkan waktu yang tepat.

Jelaskan kepada anak kapan saatnya anak bisa atau harus mengalah kepada temannya, dan kapan ia harus berkata "tidak". Terutama bila si teman punya tujuan yang kurang baik.

Misalnya, sang teman ingin menguasai anak atau melakukan tindakan-tindakan yang sifatnya bullying.

5. Komunikasi hangat dan terbuka.

Untuk mengembangkan ketrampilan sikap asertif anak, orang tua perlu mendukung dengan memberi pola asuh dan komunikasi hangat dan terbuka.

Pola asuh yang tidak baik akan menumbuhkan sikap ragu, kurang berani, mudah cemas dan selalu mengikuti apa yang diinginkan orang lain tanpa berani menyatakan pendapatnya.

Related Posts:

Cegah Radikalisme pada Anak

Beberapa waktu yang lalu di Jakarta terjadi teror bom di sebuah hotel. Tak pelak, mau tidak mau, orangtua pasti dihadapkan pada pertanyaan buah hati mengenai kejadian tersebut.

Buah hati mengetahuinya melalui koran, berita di televisi dan sebagainya. Mereka melihat dan mengamati sambil bertanya-tanya dalam hai, apa yang dimaksud dengan reror, terorisme itu ya.

Dari sinilah peran orangtua sangat diperlukan agar anak menjadi paham apa yang dimaksud tersebut. Bagimanakah cara mencegah anak terhadap radikalisme ini?

Cegah Radikalisme pada Anak


Selain menjelaskan tentang peristiwa dan aksi teror kepada anak dengan bijk, hal yang tak kalah pentingnya adalah menanamkan sikap toleransi dan keberagaman kepada anak.

Sehingga ketika buah hati Anda tumbuh dewasa kelak, dia tidak akan mudah terpapar akan paham-paham radikalisme yang mana radikalisme ini adalah akar dari aksi terorisme.
Hal ini penting sekali diterapkan karena kelak, anak-anak akan berinteraksi dengan manusia lain dari berbagai macam kelompok dengan macam-macam ras.

Misal saja ketika anak menertawakan orang yang berkulit gelap, botak, atau keriting. Maka tunjukkan bahwa banyak pahlawan, atlet, presiden yang juga berkulit gelap, berambut keriting dan sebagainya.

Katakan kepada anak bahwa setiap orang memiliki kelebihan tanpa melihat latar belakang fisik, ras, agama dan sebagainya.

Nah, untuk menghindari efek buruk lingkungan dan yang tidak patut lainnya, terutama pada saat remaja, harus terbangun kepercayaan antara orangtua dan anak.

Ketika kepercayaan sudah terbentuk, maka apapun yang didapatkan anak dari lingkungan akan dia sampaikan kepada orangtua mereka.




Untuk membangun kepercayaan dan mencegah radikalisme kepada anak, bisa dirumuskan dengan singkatan "DHA", yang artinya adalah sebagai berikut:

1. D = Disiplin.

Ini sangatlah penting dan jangan sampai seperti robot.

2. H = Hangat.

Diibaratkan oksigen untuk anak berkembang dengan baik.

3. A = Aktivitas.

Ada aktivitas bersama antara anak dan orangtua.

Related Posts:

Laki-laki Kok Cengeng, Sebaiknya Bagaimana?

Anak adalah pemberian yang sangat luar biasa berharganya bagi kedua orang tuanya. Tak peduli apakah laki-laki ataukah perempuan yang hadir menemani kita.

Khusus untuk anak laki-laki, terkadang orang tua selalu menanamkan tidak boleh cengeng apalagi sampai menangis. Hal tersebut wajar, karena kelak dia akan jadi pemimpin keluarga.

Sering kita mendengar "Jagoan tak boleh menangis!"

Istilah ini lumrah dan wajar kita dengar. Anak laki-laki dituntut kuat serta dilarang untuk meneteskan air mata. Rasanya agak aneh kalau ada laki-laki yang cengeng.

Namun sebenarnya laki-laki sama dengan perempuan yang boleh saja menangis untuk menunjukkan ekspresi tulusnya tersebut. Akan tetapi, masalah sterotip bahwa hanya pria lemah yang menangis menyeruak lebih kuat dalam budaya timur semacam Indonesia.





Untuk mengatasi hal tersebut, orang tua perlu mengambil tindakan yang dianggap perlu agar anak laki-lakinya tidak lagi lemah terutama di hadapan wanita sebayanya.

Berikut ini yang harus dilakukan oleh orangtua.

1. Berikan anak kepercayaan sejak kecil untuk bisa melakukan berbagai hal sendiri.

Dan tentunya hal-hal yang tidak bertentangan dengan norma-norma. Hal ini sangatlah efektif untuk melatih anak menjadi pribadi yang lebih tangguh dan mandiri.

2. Hindari terlalu banyak memberikan proteksi kepada anak.

Berilah kesempatan kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya sendiri terlebih dahulu.
3. Hindari memanjakan anak secara berlebihan.

Tak lupa jangan memberikan apapu keinginan anak secara mudah.

4. Cobalah abaikan tangisan anak terlebih dahulu.

Tangisan adalah senjata terampuh buat anak. Cobalah sesekali abaikan tangisan anak. Saat melarang anak, bukan hanya sekedar instruksi, tapi berikan penjelasan yang relevan.

Related Posts:

Ini Cara Agar Anak Semangat Ikut Les

Orangtua mana yang tak akan bahagia kalau anaknya pandai serta berprestasi, tak hanya di akademis saja melainkan juga berprestasi di non akademis juga.

Maka tak heran sama sekali kalau orangtua kemudian memasukkan putra-putrinya ke berbagai macam les dan kursus selepas pilang dari sekolahnya.

Sebenarnya boleh-boleh saja, asalkan les tersebut disesuaikan dengan kepribadian, minat dan bakat anak agar nanti bisa diperoleh hasil yang maksimal.

Lalu bagaimana cara terbaik agar anak semakin giat untuk mengikuti les ?

Ini Cara Agar Anak Semangat Ikut Les


1. Diskusi dengan anak.

Tanyakan kepada anak, apakah dia benar-benar siap untuk mengikuti les. Karena les bisa mengurangi jadwal tersendiri yang mengurangi jatah bermainnya.


2. Ajaklah anak menuju tempat les.

Ketika mendaftar kursus, ajaklah anak menuju tempat les. Tanyakan serta pastikan apakah dia nyaman dengan lingkungan kursusnya dan teman-temannya apakah baik misalnya. Pastikan ia mengikuti kursus dengan tidak terpaksa.

3. Lihat lokasi kursus.

Apakah lokasinya jauh ataukah dekat dengan rumah. Kalau jauh,sudah pantas ongkos menjadi salah satu pertimbangan. Jangan sampai sampai di tempat kursus anak menjadi kelelahan sehingga bisa mengurangi konsentrasi anak dalam menerima pelajaran.




Sedangkan kalau tempatnya dekat, maka anak bisa berangkat sendiri dari rumah dengan menggunakan sepeda pancal misalnya. Selain mendapatkan skill, anak juga terlatih dengan kemandiriannya.

4. Perhatikan kualitas kursus.

Pastikan bahwa tempat kursus tersebut memang memiliki kualitas yang baik. Ini bisa terbukti bagaimana pengajar memberikan motivasi dan memberikan materi kepada anak diiknya.

Related Posts:

Makna yang Tersirat Dibalik Bahasa Tubuh Anak

Tubuh adalah bagian yang sangat penting juga bagi manusia. Kalau diperhatikan, tubuh juga memiliki berbagai macam arti dalam setiap gerakannya.

Dan bahasa tubuh adalah bahasa yang ditunjukkan oleh gerakan tubuh seperti tatapan mata, ekspresi wajah, sentuhan, yang terjadi secara spontan dalam upaya mengekspresikan perasaan serta keinginan yang tersembunyi di dalam hati.


Tak hanya orang dewasa saja, anak-anak pun juga memiliki bahasa tubuh. Apalagi perkembangan bahasa anak-anak masih sangat terbatas sehingga terkadang mereka lebih banyak menggunakan bahasa tubuhnya.

Yang namanya anak-anak, terkadang tidak mau mengungkapkan kemauan dan perasaannya melalui kata-kata, tetapi lewat bahasa tubuh mereka.

Untuk itulah kenapa orangtua perlu sekali memahami bahasa tubuh yang digunakan anak. Lalu seperti apa mengartikan bahasa tubuh anak-anak ini.

Berikut ini makna yang tersirat dibalik bahasa tubuh anak





1. Bahasa tubuh anak : Kaki anak.

- Kaki bergerak dari depan ke belakang.
Artinya anak sedang memikirkan sesuatu.

- Berdiri tegak.
Artinya anak sangar percaya diri.

- Bergerak ke depan.
Artinya anak sedang bersemangat.

- Menempel terus dengan tubuh seseorang.
Artinya anak sedang butuh berdekatan.


2. Bahasa tubuh : pernapasan anak.

  • Irama pernafasan berubah, ini akibat kondisi emosional.
  • Nafas yang pendek-pendek dapat disebabkan oleh rasa gugup.
  • Nafas yang perlahan menandakan anak sedang rileks.

3. Bahasa tubuh anak : Jarak.

Ketika suasana hati sedang buruk, menyebabkan terciptanya jarak antara orangtua dan anak. Ia enggan berpelukan atau lari menjauh ketika didekati.

Dan sebaliknya, ia akan berpelukan dengan Anda jika merasa takut. Pun kalau hatinya sedang gembira, ia akan berlari, menghambur ke pelukan Anda.

Related Posts:

Label